Selasa, 24 Februari 2015

REHAT 0067 PAK SUNARDI


Ahad pagi, hari libur yang terasa longgar, membuat maz Blangkon dan Kampret menjadi begitu santai. Selintas simbok-simbok penjual jajanan pagi masuk halaman rumah menawarkan jajanannya. Kampret segera berdiri dan membeli beberapa biji resoles dan kipo, jajanan khas kotagede. 
Kampret
:
“Hari ini saya saja maz yang bayari, biar dapat pahala sedekah juga !”
 Maz Blangkon
:
“Ya sudah, Mister Kampret itu jan-jane memang pemurah, kok ! Hanya kurang aplikasi saja…He he he !”
Kampret
:
“Nggiih Mister Blangkon…, mulai sekarang aplikasinya ditingkatkan ! Biar Mister Blangkon tidak criwis lagi!”
       Keduanya lalu bersama menikmati Teh nasgitel dan jajanan pagi ! Tapi kemudian Maz Blangkon ingat, bahwa Kampret belum cerita apa-apa sepulang dari Jawa Timur, tanah kelahiran mereka berdua.
Maz Blangkon
:
“Pret, apa kabar keluargamu di Jawa Timur dan mungkin ada berita menarik dari sana?”
Kampret
:
“Alhamdulillah baik semua maz, semuanya sehat wal’afiat… wal andong… wal cikar… wal dokar… ! He he he !” Tapi ada sesuatu yang lain maz… yang indah… yang masuk dalam relung hatiku !”
Maz Blangkon
:
“Apa itu, Pret? Kok nampaknya hebat !”
Kampret
:
“Itu lho maz, Pak Sunardi, Wirausahawan di kota asal kita dan sekaligus Ustadz itu !”
Maz Blangkon
:
Bagaimana dengan Pak Sunardi, Pret ?!”
Kampret
:
“Saya makin salut dengan beliaunya, maz. Pribadi dan keluarganya selalu terjaga baik. Dulu di awal-awal usaha, hasil masih sedikit, kemana-mana Pak Nardi pakai sepeda, Pak Nardi ramah dan santun. Waktu sepeda onthel sudah berganti sepeda motor, Pak Nardi tetap ramah dan santun. Dan sekarang setelah bermobil, beliau tetap ramah dan santun.
          Dan semua kalangan masyarakat dari kelompok apa saja : sesama usahawan, kalangan petani, guru, pedagang kaki lima, PNS, para aparat, dll, semua cocok dengan materi dan cara Pak Nardi sampaikan dakwahnya. Begitu maz. Bagaimana menurut maz Blangkon ?!”
Maz Blangkon
:
“ Alhamdulillah Pret atas semua informasimu. Sebetulnya saya selama ini sekali waktu juga sms-an dengan Pak Sunardi. Saya sendiri sangat bersyukur, Pret. Beliau sosok bersahaja, wirausahawan bersahaja, tapi pikiran dan jiwanya lurus dan maju. Beliau sadar, bahwa Ilmu umum harus dikawal Ilmu agama. Dan Ilmu agama harus ditemani Ilmu umum. Beliau juga sadar, bahwa Iptek harus difahami dan dimanfaatkan dengan baik dalam usaha dan dakwah. Dan yang hebat juga Pret, dalam kesahajaan, beliau juga belajar dengan baik tentang banyak pengetahuan. Hasilnya, Pak Nardi bertemu kalangan apa saja, berdakwah dalam komunitas apa saja, beliau cepat akrab dan dirasa cocok. Lha bagaimana Pret, Pak Nardi ini ketemu petani, beliau bisa bicara tentang pertanian. Ketemu para bapak/ibu guru, beliau bisa bicara tentang pendidikan. Bertemu kalangan PKL, Pak Nardi dengan cepat bicara tentang usaha mikro dan motivasi. Para PKL jadi cepat akrab semua dengan Pak Nardi, Pret. Jadi ringkasnya, Pak Nardi ini dalam kesahajaan, bisa praktekkan Konsep 3–AH, Ah…Ah…Ah. Begitu Pret !”
Kampret
:
“…Ah…Ah…Ah.., bagaimana to maz ? Bikin saya mak serr saja ! Ingat-ingat lho maz, jangan goda saya ! Mentang-mentang saya belum nikah !”
Maz Blangkon
:
“Gini lho Pret, maksud saya, bahwa dalam kesahajaan, Pak Sunardi ini terus bekali diri dan perbaiki diri dengan kehidupan agama yang baik. Lengkapi diri dengan Iptek. Dan juga praktekkan dengan baik seni bergaul, seni berdakwah, sehingga mudah kumpul dengan siapa saja. Seakan Pak Nardi berpesan pada kita :
dengan agama, hidup jadi terarah
dengan iptek, hidup jadi mudah
dengan seni, hidup jadi indah
Nah Pret, “3-AH” kan ?!”
Kampret
:
“He…he…he…, hemhh…betul kalo begitu ! Saya kira… ahhh…ahhh…ahhh
Maz Blangkon
:
“….??? Weeladalahh… macem-macem mikire !”


          Ft :
-    Simbok (jawa) = ibu.
-    Sepeda onthel (jawa) = sepeda tanpa mesin.
-    Macem-macem mikire (jawa) = macam-macam pikirannya.

Selasa, 17 Februari 2015

REHAT 0066 KAMPRET TERPANA !

Langit malam nampak terang, dihiasi jutaan bintang gemintang yang gemerlapan. Bintang-bintang itu seakan sedang reuni, berpesta bersama.
Kampret sangat ingin menikmatinya. Diajaknya maz Blangkon, digelarnya tikar di halaman depan, diambilnya bantal sambil tiduran, mereka menikmati betul langit malam. 
Kampret
:
“Maz, seingat saya, bintang-bintang itu kan seperti matahari ya. Dan matahari termasuk bintang juga?”
 Maz Blangkon
:
“Betul Pret. Matahari memiliki planet-planet, ada 8 planet, termasuk Bumi kita ini. Bintang-bintang itu masing-masing juga punya planet-planet. Milyaran bintang-bintang, termasuk matahari, membentuk gugusan bintang yang bernama Galaksi Bima Sakti. Di luar Galaksi Bima Sakti ada jutaan galaksi-galaksi lain ! Nah, bisa kau bayangkan Pret, betapa dahsyatnya alam semesta diciptakan untuk manusia !”
Kampret
:
“Wahh, masya Allah, saya membayangkannya jadi merinding dan terharu, maz ! Kalau contoh dalam tubuh kita apa, maz ?”
Maz Blangkon
:
“Dalam tubuh kita, tanpa kita sadari, sebetulnya ada amat banyak kedahsyatan juga, Pret. Satu contoh adalah organ kecil kita yang bernama Thymus. Thymus terletak dekat jantung, ukurannya sekitar biji kacang tanah. Dia salah satu bagian dari DEPHANKAM nya tubuh, bertugas mencetak dan melatih pasukan tubuh yang bernama Sel T. Manakala Sel T telah diproduksi, maka Sel T ini dilatih dengan cara diperkenalkan dengan bagian-bagian dari tubuh yang ada dalam darah (Eritrosyt, trombosit, leukosyt, dll). Maka setelah Sel T bertugas, dia akan menyerang benda-benda / makhluk organis asing (yang belum dikenal) yang masuk ke dalam tubuh. Nah, Thymus yang sebesar kacang itu adalah ibarat MAKODIKLAT (Markas Komando Pendidikan dan Latihan) dalam ABRI kita !”
Kampret
:
Masya Allah, Gusti Allah sayang banget pada kita ya maz, sampai menciptakan yang sedemikian dalam tubuh kita, sementara amat banyak manusianya sendiri tidak menyadari…. dan tidak memahaminya ! Wahh… ini tambah dahsyat saja … dan tambah menarik, nih ! Saya tak nyruput kopi dulu mas…! Coba tolong ceritakan satu lagi kedahsyatan yang lain maz…, yang kira-kira sudah dimanfaatkan oleh kehidupan manusia !”
Maz Blangkon
:
“Ok Pret, tapi setelah ini sudah ya… ! Aku wis késél jé ! satu lagi kedahsyatan ciptaan Allah adalah Bahan Bakar Nuklir, Pret”.
Kampret
:
“Wahh, asyik ini. Kalo dengan Bakso Bakar Nuklir … apa hubungannya, maz ?”
Maz Blangkon
:
“Wah, kalo Bakso Bakar Nuklir… itu… sedulur wȇtȇngmu, Pret !”
Kampret
:
“He he he… Haiyyaa ! Ya sudah, bagaimana itu ceritanya, maz…?”
Maz Blangkon
:
Bahan bakar nuklir itu, kekuatan energinya berasal dari Inti Atomnya. Jika inti atom meledak, dan seluruh materinya lenyap dan berubah jadi energi, maka energi dahsyatlah yang dihasilkan ! besarnya energi yang dihasilkan, oleh  Kakek Einstein dirumuskan dengan : 
E = mc2. E adalah energi, satuannya Joule. m adalah massa zat nuklir yang hancur berubah jadi energi; satuannya gr atau kg. dan c adalah konstanta kecepatan cahaya, yakni 3 x 108 m/dt. Jarak Bumi – Bulan yang 300.000 km, oleh cahaya hanya ditempuh cukup 1 detik saja. Nah, dari hitungan Simbah Einstein itu, maka 1 gr zat nuklir yang meledak dan berubah jadi energi, maka kira-kira akan diperoleh 90 Triliun Joule, Pret !”
Kampret
:
“Masya Allah, Dahsyat…dahsyat ! Lha terus gambaran penggunaan energinya itu piyȇ maz ?”
Maz Blangkon
:
“Penggunaannya itu misal di PLTN, Pret (PLTN = Pusat Listrik Tenaga Nuklir). PLTN bea pembangunannya memang lebih mahal, tapi setelah operasional maka akan sangat efektif, dan sangat hemat (penghematannya sampai dengan 70%). Dengan energi murah, maka Industri akan rendah bea produksi, selanjutnya punya daya saing tinggi. Dan jika Industri perdagangan dan ekonomi suatu negara kuat, maka negara itu akan bisa membiayai berbagai aspek kemajuan bangsa. Dan inilah Pret yang tidak disukai negara-begara barat + Australia, Indonesia jadi negara kuat, maju dan makmur ! Untuk itulah dulu londo-londo putih mbayari londo-londo coklet untuk demo-demo gagalkan berdirinya PLTN di Indonesia ! Padahal di dunia ini, negara yang masing-masing punya banyak PLTN ya negara barat itu sendiri, Pret ! Dan kemajuan Industri Jepang dan Korea Selatan juga didukung oleh PLTN-PLTN yang mereka punya”.
Kampret
:
“Ya...ya…ya… maz Blangkon. Saya jadi faham peta masalahnya sekarang, maz Blangkon ! Gambaran selain PLTN, apa maz ?”
Maz Blangkon
:
Rudal Antar Benua, sesuai namanya Pret, 1 rudal bisa hancurkan 1 benua. Terus kapal-kapal induk Amerika itu semuanya pakai tenaga nuklir juga, Pret. Untuk perjalanan melintasi samudera Atlantik, dari Rotterdam (Belanda) ke California (Amerika Serikat) hanya butuh 5 gr bahan bakar Nuklir, Pret. Betapa dahsyat kekuatannya, Pret ! Dan cukup 1 gr saja, maka bisa didihkan air sungai sepanjang ± 112 km, dengan lebar 5 m dan dalam 2 m !”
Kampret
:
“Masya Allah…masya Allah… Subhanallah ! Bahan bakar nuklir hanya 1 gr sebiji beras, tapi bisa didihkan 112 km air sungai ! Kedahsyatan ini tak akan pernah ada, kecuali merupakan kehendak Yang Maha Dahsyat, Gusti Allah, ya maz !”
Maz Blangkon
:
“Betul Pret ! Kata-katamu makin bijaksini nan bijaksana saja, Pret!”
Kampret
:
“Walahh… walahh…, dadi gédhé sirahku maz !”
      
      
       Ft :
-    Sedulur wéténgmu = saudara perutmu.
-    Simbah Einstein = kakek Einstein.

-    Piyé maz (jawa) = bagaimana maz.
Dadi gédhé sirahku = menjadi besar kepala.