Jumat, 20 Maret 2015

REHAT 0070 MAS REZA

Kampret nampak serius membaca satu halaman koran lokal harian. Wajah serius, tapi kemudian terkembang senyumnya.
 Maz Blangkon
:
“Kok seriusnya peng-pengan, mister Kampret, sing bagus dewe?”
 Kampret
:
“Iya maz. Ini lho, salah satu remaja kita, maz REZA AULIA AKBAR, muda-muda sudah berkarya. Meskipun baru kelas 2 (kelas XI) SMA Teladan Yogya, tapi sudah berkarya dengan menemukan mesin-mesin teknologi terbaru yang bersifat otomatis untuk membantu para petani, berupa mesin untuk irigasi, pemupukan, dll. Saya juga salut dengan prinsip dan slogan hidupnya, maz?”
Maz Blangkon
:
“Apa itu, Pret?”
Kampret
:
“Slogan dan prinsip hidup mas Reza itu “Jadilah orang bernilai, pasti sukses !”
Maz Blangkon
:
“Wah, betul Pret, apik tenan iku ! Jadi orang sukses, terkenal dan berlimpah harta, belum tentu bernilai. Bisa jadi malah menghancurkannya! Tapi jika pijakan dasarnya sudah Bernilai duluan, maka Insya Allah kesuksesan demi kesuksesan bisa diraih, dengan kwalitas kesuksesan yang lebih bisa dipertanggungjawabkan !”
Kampret
:
“Wah, seneng aku ! Kalo banyak pemuda dan remaja kayak mas Reza ini… Wahh Siip.. Top Markotop ! Mas Reza ini termasuk fenomena YEMECEBE, ya maz ?”
Maz Blangkon
:
“Apa itu, mister Kampret ?”
Kampret
:
“Ingat-ingat yo maz, YEMECEBE itu… Yeng Mude Cerdas Bijaksane ! He… he... he...!”
Maz Blangkon
:
“He he he… juga, Pret !”
Kampret
:
“Lha ini di YOGYA juga sudah berdiri SAGASITAS maz, yakni perkumpulan para peneliti muda, para Ilmuwan muda ! Mas Reza ini juga pengurus intinya. Wah, mereka anak-anak muda YEMECEBE, tenan maz !”
Maz Blangkon
:
“Alhamdulillah! Semoga nanti negara bisa betul-betul mengapresiasi kemampuan mereka. Tidak seperti yang sudah-sudah, negeri orang yang malah memanfaatkan !”
Kampret
:
“Betul, maz ! Repotnya hidup di negeri yang banyak SALAH URUS, ya maz?”
Maz Blangkon
:
“Benul… eh benjul… eh betul, Pret ! Tapi sampai sini dulu ya Pret! Wis késél, jé !” ^_^  ^_^ ^_^


Minggu, 01 Maret 2015

REHAT 0069 : 3 ANAK BUTA SEMUA


Maz Blangkon nampak menikmati betul istirahatnya setelah seharian bekerja. Habis mandi dan sholat ashar, lalu duduk-duduk santai di kursi teras rumah, sambil nyruput teh nasgitel dan mengunyah pisang raja godok hangat-hangat, sementara ditangannya harian Koran lokal yang dibaca halaman demi halaman.
Tapi tiba-tiba Kampret datang, langsung duduk di depan maz Blangkon, sambil menarik panjang nafasnya…dilepas,  tarik napas panjang lagi… dan dilepas lagi. Bahasa tubuh semacam ini dari Kampret, maz Blangkon faham, ada yang ingin disampaikan Kampret.
     Maz Blangkon
:
“Silahkan mister Kampret…, nampaknya ada sesuatu yang mau diceritakan ?”
     Kampret
:
“Hahhh…betul maz. Tadi waktu pulang kerja saya sempat lihat sekumpulan anak-anak muda yang lagi mengarak laki-laki paruh baya…, mau dibawa ke kantor Polisi, katanya!”
     Maz Blangkon
:
“Lha masalahnya apa, Pret ?”
     Kampret
:
“Tadi sudah sempat tanya, ada keterangan bahwa laki-laki itu seorang pemabok, biasa bikin resah kampung. Terakhir, dia dalam kondisi mabok menempeleng anak balitanya yang lagi minta uang untuk jajan sampai keluar darah dari hidung dan telinganya. Kakek si anak tadi tidak terima, maka bersama anak-anak muda kampung membawanya ke kantor Polsek. Sang kakek sudah tak tahan perbuatan menantunya, katanya.”
     Maz Blangkon
:
“Masya Allah,… kasihan anak balitanya. Ya, itulah Pret…, mabuk itu ibunya kejahatan ! Dari awal mabok, lalu lupa diri, maka banyak macam kejahatan bisa dilakukan : memukul, membunuh, berzina, memalak, berkelahi, dsb. Wahh Pret, saya jadi ingat kejadian beberapa waktu lalu…”
     Kampret
:
“Apa itu maz ?”
     Maz Blangkon
:
“Sepasang suami – istri… tiap hari sukanya gégéran terus. Yang laki-laki suka mabok, yang perempuan kurang bisa menjaga mulutnya. Sampai kemudian lahir 3 anak laki-laki dari perkawinan mereka. Akhlak yang buruk dari orang tuanya, anak-anak ini sejak masih kecil sudah kenyang dengan umpatan-umpatan orang tuanya, terutama kalimat “wuto mripatmu” (buta matamu !), tiap anak-anak itu melakukan kesalahan ! Tahu mister Kampret, apa yang terjadi ?”
     Kampret
:
“Lho kok malah Tanya saya to… maz ?”
     Maz Blangkon
:
“He he he… hanya untuk menggodamu saja, kamu kok nampak terlalu sangat amat serius mendengarkan. Nah, apa yang terjadi Pret ? anak kesatu, kelas 2 SD matanya buta ! Disusul anak kedua, kelas 1 SD matanya buta ! Dan anak ketiga, kelas 3 SD matanya buta ! jadi ketiga anaknya jadi buta semuanya!”
     Kampret
:
Masya Allah…, naudzubillahi mibdzaalik ! Wahh…, ngeri maz saya mendengarnya ! Amat kasihan anank-anak itu… akibat umpatan berkali-kali orang tuanya, yang tidak lain jadi do’a buruk orang tua pada anak-anaknya !”
      Maz Blangkon
:
“Betul Pret ! Allah Maha Berkehendak ! Allah kabulkan do’a buruk orang tuanya lewat umpatan-umpatannya ! Dan Allah jadikan itu sebagai pelajaran dan peringatan amat berharga bagi keluarga-keluarga lainnya ! Kita semua berlindung kepada Allah dari hal-hal demikian !”
      Kampret
:
“Ya maz, kita berlindung kepada Allah dari semua keburukan dunia dan akhirat ! Amin !”
      Maz Blangkon
:
“Hemmhh… makin bijaksana saja do’a-do’amu, Pret !”
      Kampret
:
“Kampret di lawan !”


       Ft
:
              -    Gégéran = bertengkar.

REHAT 0068 LAKI-LAKI CEPAT MATI !


Habis Isya’, duduk di beranda rumah, Kampret nampak kurang semangat makan pohung goreng hangat-hangat bersama kopi malamnya.
Sekilas maz Blangkon melirik sejenak pada Kampret, tersenyum, kemudian duduk disampingnya.
 Maz Blangkon
:
“Kenapa ini pendekar dén baguse Kampret tiba-tiba nampak loyo?”
 Kampret
:
“Iya jé maz, saya lagi mikir jero. Kemarin dua teman sekerja, baru cerita kalo pamannya baru pada meninggal. Lha tadi pas dengarkan khotbah jum’at, pak Ustadz sempat sampaikan, bahwa pada dasarnya kita semua adalah peserta antrian panjang kematian! Lha saya jadi mikir maz, lha kalo tiba-tiba antrian kematiannya sampai ke saya, padahal saya belum rasakan kawin, belum cukup amal juga… apa tidak sedih maz !”
 Maz Blangkon
:
“Iya… Iya… Pret ! Memang boleh sedih… tapi tidak kemudian menjadi kacau. Belum kawin…ya segera kawin saja ! Permudahlah urusan menuju nikah…! Yang penting syarat pokoknya masuk… langsung OCE… tembak saja… nikah !”
 Kampret
:
“Lha pak ustad yang nakut-nakuti bahwa kita semua adalah peserta antrian panjang kematian jé…!”
 Maz Blangkon
:
“Itu sih… pak ustad bukan nakut-nakuti Pret…, tapi ada muatan pesan agar kita semua cepat memperbaiki amal, agar waktu menghadap Allah kita termasuk orang yang sudah cukup bekal…, termasuk orang yang diridlo-NYa”
Kampret
:
“Ok…ok…maz Blangkon ! Tapi ada satu lagi yang mengganjal…, kenapa yang mati duluan kebanyakan adalah orang laki-laki? Pakde dan Paklik saya rata-rata meninggal duluan. Paman-pamannya teman juga mati duluan. Nah, di kampung-kampung dan komplek Perumahan yang banyak tersisa juga janda-janda?”
Maz Blangkon
:
“Kita semua tahu ya Pret, rahasia kematian dan waktu kematian sepenuhnya ditangan Gusti Allah. Hanya dari segi Ilmu syahadah (Ilmu yang tampak) dan hikmah atas suatu peristiwa… kita bisa ambil pelajarannya Pret. Coba kalo ditanya, siapa yang suka begadang malam? Maka jawabnya bukan ibu-ibu, tapi bapak-bapak. Jika ditanya, siapa yang suka tidur habis shubuh? Jawabnya juga bapak-bapak, sedang ibu-ibu sibuk di dapur siapkan sarapan keluarga. Kalo ditanya, siapa yang banyak merokok ? jawabnya juga orang laki-laki dan kaum bapak-bapak. Padahal Pret… suka begadang, suka tidur habis shubuh, dan suka merokok… itu semua akan berpengaruh langsung pada menurunnya imunitas (daya tahan tubuh). Jika imunitas turun, maka orang akan mudah sakit… mudah diserang penyakit ! Dan kematian terjadi… kebanyakan pintunya adalah sakit yang diderita sebelumnya!”
 Kampret
:
“Waduh…waduh… kena lagi saya ! Saya lumayan sering begadang…, sering pula tidur habis shubuh ! Waduh… tobat ! Lha kenapa begadang dan tidur lagi habis shubuh kok bikin imunitas jadi turun, maz ?”
 Maz Blangkon
:
“Begini Pret, puncak-puncak reaksi enzymatis dalam tubuh kita terjadi antara pkl.23.00 – 02.00. Maka jika orang mulai tidur pada tengah malam atau dini hari, maka itu akan membuat reaksi enzymatis dalam tubuhnya tidak maksimal. Sedang tidur habis shubuh, itu akan merusak hasil reaksi enzymatis malamnya. Begitu juga kebiasaan merokok dan minum alkohol, itu akan merusak hasil reaksi enzymatis dan mengacaukan juga hasilnya. Selanjutnya proses maupun hasil reaksi enzymatis yang tidak maksimal, maka lama-kelamaan akan menurunkan imunitas tubuh. Imunitas turun akan membuat penyakit mudah datang. Penyakit yang datang akan diawali dari bagian tubuh yang paling lemah”.
 Kampret
:
“Lha cara tingkatkan lagi imunitas tubuh itu bagaimana maz ?”
 Maz Blangkon
:
“Itu rumusnya mudah Pret, yaitu :
1T + 5C.
Tinggalkan kebiasaan merugikan (merokok/alkohol/begadang/ tidur habis shubuh, dll).
Cukup minum air.
Cukup zat serat (buah / sayur).
Cukup Olah raga.
Cukup Istirahat (tidak begadang lagi).
Cukup minum PROBIOTIK (untuk perbaikan).
Kampret
:
“Lho, itu probiotik… apa itu maz ?”
Maz Blangkon
:
Probiotik adalah suplemen untuk kesehatan dan penyembuhan mutakhir, Pret. Probiotik adalah bakteri aktif positip yang sangat dibutuhkan tubuh kita. Probiotik yang terkenal di Indonesia bernama BIOSYAFA, yang diformulasi oleh pakar probiotik dunia dengan sertifikat WHO asal Indonesia, Prof. Sukardi, yang belum lama pulang dari Jepang. Probiotik Biosyafa sangat berguna untuk mempercepat perbaikan imunitas tubuh, Pret. Secara ringkas Probiotik Biosayafa punya fungsi 3M, Pret :
M1 → mengeluarkan sumber penyakit (virus, kuman, dll) dan sampah-sampah tubuh.
M2 →  memperbaiki organ yang rusak. Perbaikan sampai dengan tingkat sel dan DNA.
M3 →   menselaraskan kerja sama antar organ tubuh.
Sudah ya Pret…, wis késél aku njelaske !”
Kampret
:
“Nggih…nggih… maz Blangkon.
Kamsiaa… eh kamsiyatun… eh kamsidin…. Ehh makacih, mister Blangkon!”



Ft :
-    Pohung goreng = ketela pohon di godok, lalu digoreng.
-    Wis késél aku njelaske = sudah lelah aku menjelaskan.
-   Nggih = ya.