Rabu, 15 April 2015

REHAT 0071 : REPUBLIK ENTAH KEMANA (REK)


Hari ahad pagi, hari untuk bersantai! Maz Blangkon baru saja membersihkan lincak yang berada di bawah pohon ketepeng di halaman rumah. Tiba-tiba datanglah mister Kampret dengan wajah pias memasuki halaman rumah sambil bawa susu kedelai hangat. Mereka berdua lalu duduk bersama di lincak sambil minum susu kedelai hangat.
     Maz Blangkon
:
“Kenapa mister Kampret, pagi-pagi kok wajahnya sudah pias begini ?”
     Kampret
:
“Ya, saya tadi kan ke pasar, maz. Nah, saya prihatin lihat beberapa ibu-ibu dari keluarga pas-pasan nampak bingung mengatur uang belanjanya !”
     Maz Blangkon
:
“Lha kenapa, Pret ?”
     Kampret
:
“Itu maz, karena harga BBM sekarang kendalinya oleh Pemerintah diserahkan pada pasar internasional, itu kan tidak sesuai amanat undang-undang, maka fluktuasi naik turun BBM jadi tidak stabil. Lha repotnya waktu dulu BBM akan naik, harga-harga kebutuhan sudah naik duluan. Saatnya BBM naik betul, harga kebutuhan naik lagi. Nah, waktu BBM turun, harga kebutuhan tetap saja, tidak turun. Nah, waktu BBM naik lagi, harga kebutuhan naik lagi…, tanpa langkah pemerintah mengatasinya ! Buat kebijakan, tapi tidak bikin kendalinya! Nahh…, itu tadi maz, beberapa ibu-ibu di Pasar jadi bingung bagaimana mengatur uangnya. Kasihan mereka. Memang repot jadi rakyat kecil, jika pemerintahnya nggak barés! Apa ini salah satu bagian dari fenomena SALAH URUS, ya maz?”
     Maz Blangkon
:
“Betul Pret ! Dan sebetulnya fenomena salah urus juga terjadi di luar sana, di Republik Entah kemana !”
     Kampret
:
“Bagaimana itu gambarannya, maz?”
     Maz Blangkon
:
“Di Republik Entah Kemana (REK), sebagaimana di negeri-negeri lainnya yang salah urus, selalu ditandai satu hal yang sama, yakni miskinnya negarawan dan mbludaknya politisi! Akibatnya politik selalu jadi panglima dalam pengelolaan Negara, bukan sifat kenegarawanan. Di mana-mana banyak ditemui aura negatif sikap-sikap partisan dan saling menohok lawan partai !”
     Kampret
:
“Lha, bagaimana maz presiden di Republik Entah Kemana, itu?”
     Maz Blangkon
:
“Dulu presidennya terpilih dengan kualitas fatamorgana, karena sejak awal sosoknya tidak terbangun dari kualitas sejati, tapi dari pencitraan yang pol-polan…, peng-pengan…! Sebaliknya, lawan tandingnya diserbu dengan pencitraan negative secara pol-polan pula!”
     Kampret
:
“Kemudian banyak terjadi SALAH URUS, maz?”
     Maz Blangkon
:
“Sebenarnya SALAH URUS di Republik Entah Kemana, itu sudah sejak dulu-dulu terjadi. Hanya saja perkembangannya sekarang malah akan menjadi-jadi. Sudah banyak dikeluhkan rakyatnya tentang koordinasi pemerintahan yang memprihatinkan. Menteri-menteri seakan jalan sendiri-sendiri; Presidennya tidak faham apa yang dikerjakan menteri-menterinya. Banyak keputusan-keputusan kontroversial muncul berhamburan! Masyarakat umum mulai mengeluhkan dan memprotes makin nyatanya pengaruh ASING dan ASENG di negeri itu !”
     Kampret
:
“Apa lagi maz yang menggambarkan SALAH URUS di Republik Entah Kemana yang sudah terjadi dan terus terjadi?”
     Maz Blangkon
:
“Sangat banyak, Pret. 85% sumber daya alam minyak dan gas bumi dikuasai asing. Prosentase rakyat miskin yang masih tinggi. SDM orang-orang brilian yang tak pernah diurus, sehingga malah dikelola banyak Negara lain. BUMN strategis dan menyangkut rahasia Negara dijual pada asing. Kasus penjualan manusia (Human Trafficking) yang rata-rata 200.000 orang/tahun. Pengiriman TKW sebagai pembantu rumah tangga di negeri orang yang banyak mendulang duka, meruntuhkan martabat bangsa, tapi Negara dapat banyak devisa, jadi jalan terus! Telah dijadikannya negeri itu sebagai pasar dan produksi sindikat narkotika dunia. Narkotika omzet milyaran yang dikendalikan narapidana dari dalam lapas. Negeri REK telah jadi SURGA Bandar narkoba. Surga pula hukumannya… karena dingin-dingin empuk! Padahal rakyatnya sejatinya dalam bahaya DARURAT NARKOBA! Begal kendaraan bermotor, pembunuhan dan miras yang merebak dimana-mana. Penjara selalu penuh. Dibangun lagi penjara baru, penuh lagi. Internet porno masuk 5 besar dunia pemakaiannya. Fitnah-fitnah yang dirancang untuk menjatuhkan lawan politik. Menkumhamnya yang seakan bak Dewa Penentu Sah atau tidak sahnya pengurus partai. Penipuan-penipuan dan kasus asusila yang terus terjadi silih berganti…dll…dll…, Pret! Semua menggambarkan kondisi yang makin memprihatinkan! Itulah sebabnya kemudian sisa-sisa orang bijak negeri itu lalu bertanya : “Mau dibawa kemana rakyat dan negeri ini?”
    Kampret
:
“Masya Allah…! Kalau diperhatikan dengan teliti…, berbahaya sekali ya maz masa depan Republik Entah Kemana itu?”
    Maz Blangkon
:
“Ya, Pret. Seakan di tubir jurang !”
    Kampret
:
“Lalu bagaimana maz kira-kira jalan penyelesaian negeri itu ?”
    Maz Blangkon
:
“Dalam gambaran mudah, Insya Allah ada 2 jalur penolong, Pret. Pertama : Gerakan bersama dari para pemuda/mahasiswa yang relatif masih murni hatinya yang didukung oleh para tokoh/kasepuhan bijak dari berbagai elemen bangsa! Dan kedua, adalah Do’a orang-orang sholih dan anak-anak yatim !
    Kampret
:
“Kasihan itu Republik Entah Kemana ya maz ! Negeri yang sebenarnya memiliki semuanya…, tapi segera akan menjadi negeri yang anak-anak negerinya dalam bahaya tidak lagi memiliki apa-apa, karena secara bertahap pemerintah dan para politisinya telah dan akan terus menjualnya pada ASING dan ASENG lewat tameng bermacam kebijakan! Dan nantinya jadi betul isi lagunya Ayu Ting Ting ya maz… “Kemana kemana kucari….!” Masya Allah ! Semoga negeri itu segera dipimpin oleh orang-orang yang benar dan amanah…, para Negarawan sejati ! Amin.


       Ft :
-   Lincak = kursi panjang dari bambu.
-  Barés = bijaksana, sesuai pada tempat dan kondisinya.