Hari ahad pagi, hari untuk bersantai! Maz Blangkon baru saja
membersihkan lincak yang berada di bawah pohon ketepeng di halaman
rumah. Tiba-tiba datanglah mister Kampret dengan wajah pias
memasuki halaman rumah sambil bawa susu kedelai hangat. Mereka berdua
lalu duduk bersama di lincak sambil minum susu kedelai hangat.
Maz Blangkon
|
:
|
“Kenapa mister Kampret, pagi-pagi kok wajahnya sudah pias
begini ?”
|
Kampret
|
:
|
“Ya, saya tadi kan ke pasar, maz. Nah, saya prihatin lihat
beberapa ibu-ibu dari keluarga pas-pasan nampak bingung mengatur uang belanjanya
!”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Lha kenapa, Pret ?”
|
Kampret
|
:
|
“Itu maz, karena harga BBM sekarang kendalinya oleh Pemerintah
diserahkan pada pasar internasional, itu kan tidak sesuai amanat
undang-undang, maka fluktuasi naik turun BBM jadi tidak stabil. Lha repotnya
waktu dulu BBM akan naik, harga-harga kebutuhan sudah naik duluan. Saatnya
BBM naik betul, harga kebutuhan naik lagi. Nah, waktu BBM turun, harga
kebutuhan tetap saja, tidak turun. Nah, waktu BBM naik lagi, harga kebutuhan
naik lagi…, tanpa langkah pemerintah mengatasinya ! Buat kebijakan, tapi
tidak bikin kendalinya! Nahh…, itu tadi maz, beberapa ibu-ibu di Pasar
jadi bingung bagaimana mengatur uangnya. Kasihan mereka. Memang repot jadi
rakyat kecil, jika pemerintahnya nggak barés! Apa ini salah satu bagian
dari fenomena SALAH URUS, ya maz?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Betul Pret ! Dan sebetulnya fenomena salah urus juga
terjadi di luar sana, di Republik Entah kemana !”
|
Kampret
|
:
|
“Bagaimana itu gambarannya, maz?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Di Republik Entah Kemana (REK), sebagaimana di
negeri-negeri lainnya yang salah urus, selalu ditandai satu hal yang
sama, yakni miskinnya negarawan dan mbludaknya politisi!
Akibatnya politik selalu jadi panglima dalam pengelolaan
Negara, bukan sifat kenegarawanan. Di mana-mana banyak ditemui aura negatif
sikap-sikap partisan dan saling menohok lawan partai !”
|
Kampret
|
:
|
“Lha, bagaimana maz presiden di Republik Entah Kemana,
itu?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Dulu presidennya terpilih dengan kualitas fatamorgana, karena
sejak awal sosoknya tidak terbangun dari kualitas sejati, tapi dari pencitraan
yang pol-polan…, peng-pengan…! Sebaliknya, lawan tandingnya diserbu
dengan pencitraan negative secara pol-polan pula!”
|
Kampret
|
:
|
“Kemudian banyak terjadi SALAH URUS, maz?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Sebenarnya SALAH URUS di Republik Entah Kemana,
itu sudah sejak dulu-dulu terjadi. Hanya saja perkembangannya sekarang malah
akan menjadi-jadi. Sudah banyak dikeluhkan rakyatnya tentang koordinasi
pemerintahan yang memprihatinkan. Menteri-menteri seakan jalan
sendiri-sendiri; Presidennya tidak faham apa yang dikerjakan
menteri-menterinya. Banyak keputusan-keputusan kontroversial muncul
berhamburan! Masyarakat umum mulai mengeluhkan dan memprotes makin nyatanya
pengaruh ASING dan ASENG di negeri itu !”
|
Kampret
|
:
|
“Apa lagi maz yang menggambarkan SALAH URUS di Republik
Entah Kemana yang sudah terjadi dan terus terjadi?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Sangat banyak, Pret. 85% sumber daya alam minyak dan gas bumi
dikuasai asing. Prosentase rakyat miskin yang masih tinggi. SDM orang-orang
brilian yang tak pernah diurus, sehingga malah dikelola banyak Negara lain.
BUMN strategis dan menyangkut rahasia Negara dijual pada asing. Kasus
penjualan manusia (Human Trafficking) yang rata-rata 200.000 orang/tahun.
Pengiriman TKW sebagai pembantu rumah tangga di negeri orang yang banyak
mendulang duka, meruntuhkan martabat bangsa, tapi Negara dapat banyak devisa,
jadi jalan terus! Telah dijadikannya negeri itu sebagai pasar dan produksi
sindikat narkotika dunia. Narkotika omzet milyaran yang dikendalikan narapidana
dari dalam lapas. Negeri REK telah jadi SURGA Bandar narkoba. Surga
pula hukumannya… karena dingin-dingin empuk! Padahal rakyatnya sejatinya
dalam bahaya DARURAT NARKOBA! Begal kendaraan bermotor, pembunuhan dan miras
yang merebak dimana-mana. Penjara selalu penuh. Dibangun lagi penjara baru,
penuh lagi. Internet porno masuk 5 besar dunia pemakaiannya. Fitnah-fitnah
yang dirancang untuk menjatuhkan lawan politik. Menkumhamnya yang seakan bak Dewa
Penentu Sah atau tidak sahnya pengurus partai. Penipuan-penipuan dan
kasus asusila yang terus terjadi silih berganti…dll…dll…, Pret! Semua
menggambarkan kondisi yang makin memprihatinkan! Itulah sebabnya kemudian
sisa-sisa orang bijak negeri itu lalu bertanya : “Mau dibawa
kemana rakyat dan negeri ini?”
|
Kampret
|
:
|
“Masya Allah…! Kalau diperhatikan dengan teliti…, berbahaya sekali
ya maz masa depan Republik Entah Kemana itu?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Ya, Pret. Seakan di tubir jurang !”
|
Kampret
|
:
|
“Lalu bagaimana maz kira-kira jalan penyelesaian negeri itu ?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Dalam gambaran mudah, Insya Allah ada 2 jalur penolong, Pret.
Pertama : Gerakan bersama dari para pemuda/mahasiswa yang relatif
masih murni hatinya yang didukung oleh para tokoh/kasepuhan bijak dari
berbagai elemen bangsa! Dan kedua, adalah Do’a orang-orang sholih dan
anak-anak yatim !”
|
Kampret
|
:
|
“Kasihan itu Republik Entah Kemana ya maz ! Negeri
yang sebenarnya memiliki semuanya…, tapi segera akan menjadi negeri
yang anak-anak negerinya dalam bahaya tidak lagi memiliki apa-apa,
karena secara bertahap pemerintah dan para politisinya telah dan akan terus menjualnya
pada ASING dan ASENG lewat tameng bermacam kebijakan! Dan nantinya jadi betul
isi lagunya Ayu Ting Ting ya maz… “Kemana kemana kucari….!” Masya Allah !
Semoga negeri itu segera dipimpin oleh orang-orang yang benar dan amanah…,
para Negarawan sejati ! Amin.
|
Ft :
-
Lincak
= kursi panjang dari bambu.
- Barés = bijaksana, sesuai pada tempat dan kondisinya.