Senin, 15 Juni 2015

REHAT 0072 : AHMAD SUBARKAH


          Hari ahad tengah hari yang tidak begitu panas, Maz Blangkon & Kampret sengaja mengunjungi satu lokasi wisata di tengah kota Jogja, yakni XT-SQUARE. Ini lokasi wisata yang dulunya adalah Terminal Lama Umbulharjo kota Jogja yang terletak di ujung selatan jalan Glagahsari.
                XT-SQUARE berusaha memunculkan WISATA BELANJA, yakni mereka yang berwisata dimudahkan mendapatkan keperluannya untuk wisata atau travelingnya. Di XT-SQUARE ada MATAHARI Dept. STORE, selain itu wisata andalan XT-SQUARE yakni de arca & de mata.
                De Arca berisi bermacam patung yang menggambarkan perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Sedangkan De Mata adalah suatu tata ruang 3 dimensi yang diatur sedemikian rupa nan indah untuk memanjakan pengunjung buat berfoto ria atau berselfie ria.
                Dan manakala pengunjung lapar, maka ada kuliner khas XT-SQUARE; yakni kupat tahu, takoyaki, nasi rames, mie ayam, nasi goreng, dll. Dan di kuliner kupat tahu itulah maz Blangkon & Kampret duduk bersama, sambil ditemani jus buah sebagai penyegar hari siang.
Kampret           : “Maz Blangkon, waktu saya pulang ke kota kelahiran kita, saya sempat kembali bertemu dengan Pak Ahmad Subarkah. Dan entah mengapa maz, tiap saya bertemu dengan beliau, selalu saya merasa nyaman & merasa mendapatkan manfaat ataupun ilmu. Beliau senantiasa nampak tenang, kalimatnya tidak pernah muluk-muluk, tapi selalu mengalir memberikan manfaat. Jika ada orang berbicara, meskipun itu anak muda atau remaja sekalipun, maka beliau selalu dengarkan dengan baik, baru setelah itu beliau akan berkata-kata merespon secara secukupnya.”
Maz Blangkon    : “Ya Pret, saya faham itu. Insya Allah beliau termasuk kasepuhan terbaik di kota kita. Saya cukup faham Pak Ahmad Subarkah, karena beliau adalah salah satu teman karib ayah saya almarhum. Beliau dulu cukup sering bertandang ke rumah.”
Kampret              : “Kalo begitu, bagaimana gambaran Maz Blangkon tentang Pak Ahmad Subarkah ini?”
Maz Blangkon    : “Yah, saya hanya melengkapi saja apa yang telah kamu gambarkan, wahai Mister Kampret yang makin tambah bijaksini nan bijaksana! Tentang sosok pak Ahmad Subarkah ini, sudah barang tentu Allah yang Maha Tahu kualitas sejati beliau. Tapi dari kehidupan beliau yang selama ini kita kenal, bisa dikatakan Insya Allah beliau telah memiliki keseimbangan IMAN, ILMU & AMAL.”
Kampret              : “Maksudnya keseimbangan yang bagaimana maz?”
Maz Blangkon    : “Maksudnya, bahwa keseimbangan IMAN, ILMU & AMAL itu adalah merupakan gambaran keindahan & kekuatan lahir batin seorang hamba, Pret! Dan ketiganya itu memang merupakan keterpaduan yang tak bisa dipisah/dipecah, Pret.
                               
Ada IMAN, ada ILMU, tanpa AMAL
Itu namanya Iman-Ilmu bohong-bohongan!

                                                Ada Iman, Ada Amal, tanpa Ilmu,
                                                Itu akan mudah tersesat!

Ada Ilmu, ada Amal, tanpa Iman,
Itu TERTOLAK!

Demikian maz Kampret, sudah cukup jelas ya?”


Kampret              : “Suampun maz! Jelas tegas terang trawoco! Kamsiaa... eh matur nuwun maz. Terima kasih! Tapi kalo saya sendiri itu punyanya 3P, maz!”
Maz Blangkon    : “Apa itu, Pret?”
Kampret              : “3P-ku itu anu maz.... pingin nikah, pingin rabi, pingin kawin...... He... He...!”

Maz Blangkon    : “Healah.... Preet... Preet! Jaan tenan kowe iki!”