Senin, 19 Mei 2014

REHAT 0063 GUNDULKU GUNDULMU, GUNDUL HUTAN KITA

Rencana berbulan-bulan maz Blangkon, Kampret dan kawan-kawan untuk punya Padepokan Anak-anak Jalanan tercapai sudah, meskipun masih dalam bentuk sederhana. Padepokan itu diberi nama PADEPOKAN AMAN (Anak Mas Andalan). Diharapkan anak-anak jadi aman masuk ke dalamnya, dan anak-anak menjadi anak mas, anak bermutu dan dapat diandalkan lahir-batin di kemudian hari nanti. Begitulah penjelasan maz Blangkon sebagai ketua Padepokan pada saat syukuran pembukaan Padepokan. Dalam pengelolaannya maz Blangkon banyak dibantu para mahasiswa yang peduli pada anak-anak jalanan.
Tapi manakala wartawan datang ingin buat berita liputan, sang wartawan jadi senyum sendiri, karena para pengelola laki-laki, maz Blangkon / Kampret dkk, bersama-sama dengan ramah menerima sang wartawan dengan kepala sama-sama menthulus alus-alus.
    Wartawan
:
“Ada makna apa nih maz Blangkon dengan kepala-kepala yang pada menthulus ini ?”
    Maz Blangkon  
:
“Makna ada 2 mas. Pertama, sebagai wujud rasa syukur, siap melangkah dengan hati bersih, yang ditandai bersihnya kepala pula dari rambut. Kedua, melaksanakan nadzar kami bersama”.
    Wartawan
:
“Kalo boleh tahu maz, dorongan terbesar apa dari maz Blangkon dkk atas berdirinya PADEPOKAN AMAN ini ?”
    Maz Blangkon
:
“Ok mas. Begini, berhubung berjuang di Padepokan ini betul-betul membutuhkan semangat pengabdian dan keikhlasan yang terjaga, maka sejak awal sebelum Padepokan berdiri, kami pengelola harus sudah membangun dasar sikap kami dulu, bahwa kami semua pengelola Insya Allah akan bergerak atas landasan SIKAP DASAR yang kami sebut sebagai AmRAH, yakni Aplikasi makhluk Rahmatan lil ‘Alamin ! kami ingin kehidupan dan kehadiran kami di Bumi ini memiliki nilai manfaat sebaik-baiknya”.
    Wartawan
:
“Wah syukur dan hormat kami maz atas semuanya. Dan…. Maaf maz, saya masih sedikit tertarik dengan fenomena plontos alias menthulusnya kepala maz Blangkon dkk. Apa masih ada terbesit fenomena lain yang ingin diungkapkan ?”
    Maz Blangkon
:
“He he…, nampaknya Sampeyan sangat tertarik dengan hal-hal yang nampak menthulus alus ya….he..he ?”
    Kampret
:
“Tul maz Blangkon, mas war ini suka serba selidik hal hil yang menthulus-menthulus….!”
    Maz Blangkon
:
“Ya sudah… sudah ! Begini mas, gundulku…, gundulmu Kampret, dan gundul kami semua, akhirnya karena pertanyaan sampeyan, jadi ingatkan saya pada gundulnya hutan kita ! Perjalanan saya ke banyak kota-kota di Pulau Jawa beberapa waktu lalu, yang mana jarak antar kota di masa lalu selalu dihubungkan dengan tanah sawah, ladang dan hutan-hutan. Tapi sekarang hutan-hutan itu sebagian besar telah tiada. Bahkan wilayah tiga kabupaten yang terkenal dengan Hutan Jati terbaik se Asia, yakni Tuban – Bojonegoro – Blora, sebagian besar hutan Jatinya juga sudah habis. Kalo ada sisa hutan, itu hanya yang di pinggir jalan saja, sebagai kamuflase, sebagai tameng. Tapi hutan bagian dalam habis juga. Hancurnya hutan, berarti hancurnya ekosistem juga yang ada di dalamnya. Berarti hancurnya juga Hayati penyerap CO2 dan Produsen Oksigen. Maka maklumlah Dunia makin panas.
    Kampret
:
“Kalo data statistik, maz Blangkon tahu tidak, seberapa besar kerusakan dan kehancuran hutan kita secara nasional ?”
    Maz Blangkon
:
“Iya Pret. Kalo berdasar info dari Menteri Kehutanan kita, bahwa secara nasional kita kehilangan hutan 1,5 juta Ha/Tahun.
Berarti hutan kita hilang 4.107 Ha/hari
Berarti hutan kita hilang 171 Ha/jam
Berarti hutan kita hilang 2,9 Ha/menit.
Atau dibulatkan jadi 3 Ha/menit !
    Wartawan    /          Kampret
:
“Masya Allah, ternyata dahsyat sekali kerusakan hutan kita ! Kalo pelaku-pelaku kerusakannya itu siapa saja maz ?”
     Maz Blangkon
:
“Sesuai laporan dari LSM Peduli Hutan, pelakunya itu merata, ya aparat, ya sebagian pengusaha kayu, penadah kayu dalam dan luar negeri, petugas pelabuhan kayu, juga sebagian anggota masyarakat sendiri”.
     Wartawan
:
“Butuh pemimpin yang kuat ya maz untuk selamatkan hutan kita, hijaukan kembali lahan kita ?”
     Maz Blangkon
:
“Betul sekali, mas. Kalo saya sendiri juga ada ide dan harapan, bahwa dalam rangka Nyamankan kehidupan, Selamatkan kehidupan, maka kita HIJAUKAN NEGERI ! Implementasinya, tiap pelajar/mahasiswa baru/pengantin baru/PNS baru dll, diwajibkan serahkan bibit tanaman berkayu 1 tanaman / orang saja. Operasional lapangan diserahkan ke Pemda masing-masing. Insya Allah, dalam waktu cepat reboisasi massal rakyat akan terjadi dengan jutaan tanaman baru tiap tahunnya. Demikian ya mas wartawan. Cukup ya. Kêsêl aku ngomong terus!”
     Wartawan
:
“He…he, Ok ok maz Blangkon. Kamsia, terima kasih sekali atas semuanya. Mohon pamit. E e e… tak ngabisin bajigurnya dulu ! Mundhak diombe Kampret… he he !”


       Ft :
   Menthulus alus (jawa) = kepala botak halus.
   Sampeyan (jawa) = anda.
-  Gundul (jawa) = plontos. Bisa juga berarti kepala (jawa Jogja). Gundulku = Kepalaku.
   Mundhak diombe Kampret (jawa) = (cepatlah) nanti keduluan diminum Kampret.

REHAT 0062 AMPLOP KERTAS BEKAS


Suatu siang, tiba-tiba maz Blangkon sudah berada di depan “KONTER HPA (Hp, Pulsa, Asesoris) Mr. Kampret”. Tidak biasanya, di pojok konter ada banyak tumpukan kertas bekas.
Maz Blangkon  
:
“Sugeng siang mister Kampret, Assalamu’alaikum !”
Kampret
:
“Wa’alaikumussalam Wr.Wb. Wuihh, maz Blangkon to ! Silahkan duduk maz”.
Maz Blangkon
:
“Terima Kasih Pret. Lha ini kok banyak kertas bekas, untuk apa Pret ?”
Kampret
:
“Itu dari pak Ahmad Brotoseno, pemilik perusahaan properti CV. Makmur Mulia Land, maz. Beliau selalu memakai amplop dari kertas bekas yang salah satu sisinya sudah terpakai. Kata beliau, bahwa apa yang dilakukan adalah sebagai bentuk partisipasi penyelamatan Sumber Daya Alam, atau bisa juga Penghematan Sumber Daya Alam. Untuk itulah maz, saya diminta kerjasamanya bikin amplop-amplop dari kertas bekas itu. Nanti harga amplopnya setelah jadi dinilai 50% dari harga amplop di toko. Bagaimana menurutmu maz Blangkon ?”
Maz Blangkon
:
“Bagus Pret, Bagus ! Ide dan tindakan pak Brotoseno itu tindakan sederhana nan bijaksana. Perlu kamu tahu Pret, bahwa untuk pembuatan 1 rem kertas kwarto/folio itu butuh tanaman industri untuk kertas yang berusia 5 tahun. Maka jika kertas-kertas yang baru dipakai separuh itu sudah lalu di buang, maka penebangan-penebangan pohon untuk buat kertas yang baru lagi akan menjadi sangat besar, dua kali lipat dibanding jika semua bagian halaman kertas dipakai. Nah, tindakan pak Brotoseno itu adalah tindakan penghematan 50% tanaman industri untuk kertas !”
Kampret
:
“Ooh, jadi begitu ya maz. Wah, kalo begitu mister Kampret ini termasuk ikut partisipasi penghematan Sumber daya alam, ya maz?”
Maz Blangkon
:
“Wahh, itu jelas dan pasti, Pret !”
Kampret
:
“Alhamdulillah ! Hal baik selalu buat hati nyaman, ya maz ?!”
Maz Blangkon
:
“Hemhh…, tul tul betul !”


Selasa, 13 Mei 2014

REHAT 0061 ANTARA KARMA DAN DO'A ORANG SUSAH

Maz Blangkon lagi berkumpul bersama keluarga besar neneknya di Kampung. Waktu kecil, pernah beberapa tahun maz Blangkon tinggal bersama neneknya di Kampung ini. Mereka berkumpul dan saling bercerita dari A sampai Z tentang segala hal. Sampai kemudian nenek maz Blangkon ingat sesuatu. “Kamu ingat Parmin ?” Tanya nenek maz Blangkon. “Oh ingat, nek. Kenapa dengan Parmin ?” Tanya maz Blangkon. “Belum lama dia masuk penjara. Nah, jika kamu ada waktu longgar, baik juga jika kamu sempatkan tilik dia di penjara”, Saran nenek maz Blangkon. “Baik nek, Insya Allah !” jawab maz Blangkon. Sejenak maz Blangkon mengingat-ngingat kembali nama yang disebutkan neneknya, maz Blangkon ingat, bahwa temannya dulu yang bernama Parmin itu cenderung agak suka marah dan grusa-grusu. Dan segera saja maz Blangkon berkemas berangkat menuju lapas. Kebetulan di Lapas lagi tak ada yang jenguk Parmin, jadi maz Blangkon bisa punya waktu cukup untuk omong-omong.
    Maz Blangkon  
:
“Apa kabar Parmin, masih ingat saya nggak ?”
    Parmin
:
“Sebentar ya…, oh ya kalo tidak salah njenengan cucu mbah Zainab, yang bernama maz Blangkon ya ?”
    Maz Blangkon
:
“Betul sekali ! kita dulu pernah bermain bersama. Oh ya, bagaimana kabarnya ? sehat-sehat saja ya ? Dan kenapa kok sampai di sini, Parmin ?”
    Parmin
:
“Alhamdulillah maz Blangkon, sehat-sehat saja. Kalo kenapa saya masuk sini, rasa-rasanya ini karena KARMA, atau mustajabnya DO’A ORANG YANG SUSAH, maz !”
    Maz Blangkon
:
“Maksudnya bagaimana, Min ?”
    Kampret
:
“Begini maz; sekitar tujuh tahun yang lalu, pas kami ronda, kami pergoki ada orang yang lagi curi pisang di kebun pisang Pak Kasturi. Waktu pencuri itu terpojok, maka teman-teman ronda bilang dicek dulu, siapa dia, siapa tahu tetangga sendiri. Tapi entah kenapa, saya sendiri tiba-tiba langsung menghantamnya dan menendang keras pinggangnya, sampai pisang curian terlontar dari tangannya dan orang itu tak lagi mampu duduk. Itupun saya masih nambah lagi memukul berkali-kali wajah orang itu yang tertutup sarung, sampai orang itu minta ampun. Tapi betapa kaget saya dan teman-teman ronda, setelah penutup sarung itu dibuka, ternyata itu adalah Kang Sarip, warga kampung kami sendiri dari kalangan tidak mampu ! Kami mendekatinya, Kang Sarip sudah tak mampu jalan, dan wajahnya berdarah-darah akibat pukulanku. Dan sambil bernapas tersengal-sengal, terduduk, dan menyeka darah dari pelipis dan mulutnya, kang Sarip menatap tajam padaku, dan berkata terbata-bata :
“Saya memang salah, Parmin. Tapi sudah
Seharian keluarga saya tidak makan
maka terpaksa saya mencuri
pisang. Saya memang orang susah Min,
Tapi kau buat aku jadi begini. Maka demi
Kuasane Gusti Allah, Min, Ingatlah,
Ingatlah, kamu tak akan mati, kecuali
Kamu alami pula apa yang ku alami ini !”
Setelah berkata-kata begitu,  Kang Sarip lalu pingsan. Sementara saya sendiri jadi diam tercekat maz. Nafas saya jadi naik turun, dan hati rasanya bergumpal-gumpal, sebagai kumpulan dari rasa menyesal, kasihan Pak Sarip dan rasa takut yang luar biasa”.
      Maz Blangkon
:
“Lalu bagaimana dengan nasib Pak Sarip, Min ?”
      Parmin
:
“Malam itu juga kami bangunkan Pak Dukuh dan Pak Kasturi, yang kemudian langsung bawa Kang Sarip ke Rumah Sakit. Pak Kasturi yang kemudian menanggung semua bea Rumah Sakit; bahkan dalam rapat kampung, Kang Sarip diberi pekerjaan oleh Pak Kasturi untuk jaga dan merawat kebun pisang”.
      Maz Blangkon
:
“Pak Kasturi sejak dulu memang pemurah ya, dan termasuk warga terbaik di Kampung kita. Lha, terus bagaimana akhirnya kamu sampai di sini, Min ?”
      Parmin
:
“Ya, itulah maz. Setelah 7 tahun berlalu, ada seorang Polisi jadi warga baru di ujung kampung kita. Pak Polisi ini juga memiliki kebun jeruk manis di utara desa. Nah, entah bagaimana, tiba-tiba di suatu malam, saya amat ingin menikmati jeruk-jeruk manis itu. Saya berhasil menikmatinya beberapa buah, dan saya pun juga ambil beberapa lagi, saya masukkan sarung untuk saya bawa pulang. Tapi betapa kagetnya saya, begitu keluar kebun, saya sudah dihampiri para penjaga kebun, lalu beramai-ramai saya dihajar mereka. Dan setelah dibawa ke rumah Pak Polisi pemilik kebun, saya langsung dibawa ke Polsek diproses, sampai kemudian saya masuk LP ini maz. Ini adalah karma perbuatan saya terhadap Kang Sarip maz. Atau bisa juga ijabah terkabulnya do’a Kang Sarip yang waktu itu dalam posisi sebagai orang susah dan terdzalimi lagi !”
      Maz Blangkon
:
“Ya Parmin, ini adalah wujud terkabulnya do’a Kang Sarip sebagai orang yang terdzalimi. Tapi tak ada orang yang bersih di dunia ini Min, kecuali para Nabi dan Rasul. Untuk itu, yang penting sekarang ada niat kuat dari dirimu untuk jadi lebih baik dalam semua hal. Jangan lagi mudah emosi, mudah grusa-grusu, apalagi umurmu juga terus tambah. Wujudkan kebaikan itu seberapa pun besarnya dengan istiqamah, Insya Allah akhirnya kemulyaan akan bersamamu. Jagalah sholatmu ya Min, dan perbanyaklah selalu permohonan ampun pada Gusti Allah !”
      Parmin
:
“Terima kasih sekali kunjungannya ya maz Blangkon, saya jadi terhibur”.
      Maz Blangkon
:
“Insya Allah, jika ada waktu longgar, saya akan jenguk kamu lagi. Dan ini kesukaanmu, ceriping ketela. Katanya kamu sangat suka. Nikmati bersama temanmu di LP ini ya”.
      Parmin
:
“Wah, terima kasih sekali maz. Mungkin juga untuk Pak Sipir, kalo juga minta !”


Ft :
-    Grusa-grusu (jawa) = sembrono.
-    Njenengan (jawa) = anda.
-    Kuasane Gusti Allah (jawa) = Atas Kuasa Allah.
-    Ijabah (Arab) = dikabulkan do’anya.