Seorang Kaisar
China, yang sudah makin tua, anak-anaknya semua Perempuan. Untuk hindari
kemungkinan kekacauan negara akibat kepemimpinan yang belum jelas andai beliau
tiba-tiba meninggal dunia, maka atas persetujuan para pembesar negeri dan
keluarga istana, maka beliau akan memilih seorang pemuda terbaik negeri sebagai
calon kaisar pengganti.
Untuk itu
dikumpulkanlah pemuda-pemuda yang sehat, kuat dan cerdas dari seluruh penjuru
negeri untuk diuji. Terkumpul ratusan pemuda ! Maka kepada masing-masing pemuda
diberikan satu biji tanaman dari jenis yang sama. “Tanamlah biji itu pada
tanah yang baik, dan rawatlah dengan baik. Setelah tiga bulan tepat dari waktu
sekarang, kembalilah kalian semua ke tempat ini dengan membawa tanamannya
masing-masing. Siapa diantara kalian yang terbaik merawat tanaman, maka dialah
yang paling pantas untuk menjadi penggantiku !” ujar sang Kaisar.
Setelah 3
bulan, berkumpullah kembali para pemuda tersebut, membawa hasil tanamannya
masing-masing. Sudah barang tentu yang punya tanaman terbesar dan tersubur,
dialah yang merasa paling bangga dan paling berpotensi terpilih sebagai calon
kaisar. Sedang seorang pemuda, Lien namanya, nampak terlihat
pasrah. Dia merasa sudah bertindak benar, sesuai permintaan Kaisar, tapi itulah
hasilnya, biji yang tidak tumbuh ! jadi yang dibawa hanyalah pot
berisi tanah !
Seluruh pemuda
diminta berbaris rapi dan kemudian Kaisar turun memeriksa satu persatu hasil
tanaman yang dibawa oleh para pemuda. Sampai di depan pemuda Lien,
Kaisar berhenti lebih lama, selain bertanya perihal tanaman pemuda Lien yang
tidak tumbuh, Kaisar juga bertanya beberapa hal tentang sekitar kehidupan pemuda
Lien.
Setelah semua diperiksa, kembali Kaisar ke singgasana, berdiri dan
menatap semua pemuda, kemudian menyampaikan hasil penilaiannya : “Wahai para
pemuda negeri yang saya banggakan. Kalian semua adalah para pemuda yang sehat,
kuat, cerdas dan perkasa. Tapi untuk memimpin negeri ini, itu belum cukup.
Masih dibutuhkan lagi keutamaan lainnya, itulah sifat jujur dan amanah.
Dan berbahagialah kalian semua, bahwa dari antara kalian, akan terpilih satu pemuda
dengan sifat itu. Untuk itu segera naik disampingku, Pemuda Lien !”
Sontak semua pemuda kaget, kenapa pemuda Lien yang bijinya tidak tumbuh malah
yang terpilih. Tapi mereka semua tak berani berkata-kata, masing-masing
menyimpan Tanya dalam hatinya sendiri-sendiri. Dan kembali sang Kaisar
melanjutkan penjelasannya : “Wahai para pemuda negeri, ketahuilah bahwa dulu
sebelum biji-biji dibagikan, semua biji itu sebetulnya telah digodok dengan air
mendidih selama beberapa waktu lamanya, sehingga tak mungkin biji itu bisa
ditumbuhkan. Dan pemuda Lien inilah satu-satunya pemuda diantara kalian
yang telah menanam dengan jujur, satu-satunya pemuda dengan tanaman yang tidak
tumbuh. Dan ketahuilah, bahwa bersama sifat jujur, ikut pula sifat-sifat keutamaan
yang lain, dan sifat-sifat seperti itu diperlukan untuk seorang pemimpin !”
Serentak para pemuda jadi tertunduk dan malu. Mereka telah mengganti biji
kaisar dengan biji lain yang serupa, setelah diketahui biji dari Kaisar tidak
bisa tumbuh. Dalam hati para pemuda mulai merayap rasa khawatir dapat hukuman.
Tapi kaisar sudah faham terhadap situasi, maka Kaisar segera kembali
melanjutkan pidatonya : “Wahai para pemuda sekalian, saya tidak akan
menghukum kalian, tapi sebaliknya mengajak kalian semua bersyukur, bahwa
diantara kalian telah terpilih calon penggantiku nanti. Teladanilah sifat
jujurnya, niscaya kalian nanti akan memiliki keutamaan-keutamaan. Dan sebagai
rasa syukur dan tanda bahagia saya, maka telah disediakan jamuan makan untuk
kalian semua !”
Kampret : “Wah, bejo
kemayangan ya maz si pemuda Lien itu ?”
Maz Blangkon : “Ya itulah
Pret, harga suatu keutamaan. Dalam masyarakat yang baik, keutamaan itu akan
dicari dan diletakkan pada tempat yang mulia, Pret !”
Kampret : “Eh
maz, kisah pemuda Lien ini terjadi pada dinasti apa ya, Maz ?”
Maz Blangkon : “Nah, itu
saya lupa Pret !”
Kampret : “Wah,
kalo begitu keutamaan ingatanmu tak copot, maz !”
Maz Blangkon : “Wahh,….
Tega nian dikau Kuuampret ! Baru 1x lupa, 10x ingat, kau sudah jatuhkan
vonismu, ‘cah bagus ! dengan begitu kamu sendiri kehilangan sifat utama lho ! Tak
sunat ulang, kowe !”
Kampret : “Ampun
maz, Ampuun… ! Aku belum nikah, jê,
maz !”
Ft :
- Bejo kemayangan (jawa) = keberuntungan yang besar.
- Tak sunat ulang, kowe (jawa) = di khitan ulang, kamu.