Senin, 31 Maret 2014

REHAT 0044 HANYA BIJIKU YANG TIDAK TUMBUH


Seorang Kaisar China, yang sudah makin tua, anak-anaknya semua Perempuan. Untuk hindari kemungkinan kekacauan negara akibat kepemimpinan yang belum jelas andai beliau tiba-tiba meninggal dunia, maka atas persetujuan para pembesar negeri dan keluarga istana, maka beliau akan memilih seorang pemuda terbaik negeri sebagai calon kaisar pengganti.
Untuk itu dikumpulkanlah pemuda-pemuda yang sehat, kuat dan cerdas dari seluruh penjuru negeri untuk diuji. Terkumpul ratusan pemuda ! Maka kepada masing-masing pemuda diberikan satu biji tanaman dari jenis yang sama. “Tanamlah biji itu pada tanah yang baik, dan rawatlah dengan baik. Setelah tiga bulan tepat dari waktu sekarang, kembalilah kalian semua ke tempat ini dengan membawa tanamannya masing-masing. Siapa diantara kalian yang terbaik merawat tanaman, maka dialah yang paling pantas untuk menjadi penggantiku !” ujar sang Kaisar.
Setelah 3 bulan, berkumpullah kembali para pemuda tersebut, membawa hasil tanamannya masing-masing. Sudah barang tentu yang punya tanaman terbesar dan tersubur, dialah yang merasa paling bangga dan paling berpotensi terpilih sebagai calon kaisar. Sedang seorang pemuda, Lien namanya, nampak terlihat pasrah. Dia merasa sudah bertindak benar, sesuai permintaan Kaisar, tapi itulah hasilnya, biji yang tidak tumbuh ! jadi yang dibawa hanyalah pot berisi tanah !
Seluruh pemuda diminta berbaris rapi dan kemudian Kaisar turun memeriksa satu persatu hasil tanaman yang dibawa oleh para pemuda. Sampai di depan pemuda Lien, Kaisar berhenti lebih lama, selain bertanya perihal tanaman pemuda Lien yang tidak tumbuh, Kaisar juga bertanya beberapa hal tentang sekitar kehidupan pemuda Lien.
Setelah semua diperiksa, kembali Kaisar ke singgasana, berdiri dan menatap semua pemuda, kemudian menyampaikan hasil penilaiannya : “Wahai para pemuda negeri yang saya banggakan. Kalian semua adalah para pemuda yang sehat, kuat, cerdas dan perkasa. Tapi untuk memimpin negeri ini, itu belum cukup. Masih dibutuhkan lagi keutamaan lainnya, itulah sifat jujur dan amanah. Dan berbahagialah kalian semua, bahwa dari antara kalian, akan terpilih satu pemuda dengan sifat itu. Untuk itu segera naik disampingku, Pemuda Lien !” Sontak semua pemuda kaget, kenapa pemuda Lien yang bijinya tidak tumbuh malah yang terpilih. Tapi mereka semua tak berani berkata-kata, masing-masing menyimpan Tanya dalam hatinya sendiri-sendiri. Dan kembali sang Kaisar melanjutkan penjelasannya : “Wahai para pemuda negeri, ketahuilah bahwa dulu sebelum biji-biji dibagikan, semua biji itu sebetulnya telah digodok dengan air mendidih selama beberapa waktu lamanya, sehingga tak mungkin biji itu bisa ditumbuhkan. Dan pemuda Lien inilah satu-satunya pemuda diantara kalian yang telah menanam dengan jujur, satu-satunya pemuda dengan tanaman yang tidak tumbuh. Dan ketahuilah, bahwa bersama sifat jujur, ikut pula sifat-sifat keutamaan yang lain, dan sifat-sifat seperti itu diperlukan untuk seorang pemimpin !” Serentak para pemuda jadi tertunduk dan malu. Mereka telah mengganti biji kaisar dengan biji lain yang serupa, setelah diketahui biji dari Kaisar tidak bisa tumbuh. Dalam hati para pemuda mulai merayap rasa khawatir dapat hukuman. Tapi kaisar sudah faham terhadap situasi, maka Kaisar segera kembali melanjutkan pidatonya : “Wahai para pemuda sekalian, saya tidak akan menghukum kalian, tapi sebaliknya mengajak kalian semua bersyukur, bahwa diantara kalian telah terpilih calon penggantiku nanti. Teladanilah sifat jujurnya, niscaya kalian nanti akan memiliki keutamaan-keutamaan. Dan sebagai rasa syukur dan tanda bahagia saya, maka telah disediakan jamuan makan untuk kalian semua !”
Kampret            : “Wah, bejo kemayangan ya maz si pemuda Lien itu ?”
Maz Blangkon  : “Ya itulah Pret, harga suatu keutamaan. Dalam masyarakat yang baik, keutamaan itu akan dicari dan diletakkan pada tempat yang mulia, Pret !”
Kampret            : “Eh maz, kisah pemuda Lien ini terjadi pada dinasti apa ya, Maz ?”
Maz Blangkon  : “Nah, itu saya lupa Pret !”
Kampret            : “Wah, kalo begitu keutamaan ingatanmu tak copot, maz !”
Maz Blangkon : “Wahh,…. Tega nian dikau Kuuampret ! Baru 1x lupa, 10x ingat, kau sudah jatuhkan vonismu, ‘cah bagus ! dengan begitu kamu sendiri kehilangan sifat utama lho ! Tak sunat ulang, kowe !”
Kampret            : “Ampun maz, Ampuun… ! Aku belum nikah, jê, maz !”
 

Ft :
  • Bejo kemayangan (jawa) = keberuntungan yang besar. 
  •  Tak sunat ulang, kowe (jawa) = di khitan ulang, kamu.
 

Selasa, 25 Maret 2014

REHAT 0043 ORA MARI - ORA MATI

    Hari sabtu sore, terasa bagitu longgar bagi maz Blangkon dan Kampret, dan juga untuk banyak orang tentunya. Maz Blangkon selonjoran kaki, begitu juga Kampret, di atas dipan besar, di pojok beranda rumah.
Kampret             : “Maz, tadi saya layatan di rumah teman. Tapi sayang maz, yang layat dari tetangga sekitar dan teman-teman almarhum hanya sedikit. Kabarnya almarhum termasuk orang yang tidak disukai. Sedang kata anaknya, teman saya itu, bapaknya sakit dobel kanker, yakni sirosis (kanker hati) dan kanker usus. Sudah 3 tahun lebih sakitnya, di atas ranjang, sudah banyak menguras dana, ORA MARI – ORA MATI. Nah, itu bagaimana maz ? !”
Maz Blangkon : “Maaf Pret, sebelumnya diluruskan dulu, bahwa kita tidak membicarakan almarhum, teman ayahmu itu. Tidak baik membicarakan orang yang sudah mati. Kita bicara dalam lingkup umum ya, siapa saja ! memang berat Pret, orang yang menderita penyakit berat, dalam waktu lama, ORA MARI – ORA MATI ! yang sakit akan lelah terus-terusan merasa sakit. Keluarganya juga lelah lahir batin terus mendampingi dan merawat. Dan yang pasti juga lelah keluar dana terus-menerus. Jika ini terjadi pada orang beriman, maka Insya Allah itu merupakan ujian kesabaran yang didalamnya ada pahala dan ampunan. Sedang jika itu terjadi pada orang zalim, maka Insya Allah itu merupakan cicilan siksa, sebelum siksa kubur dan akhirat. Atau paling tidak, itu merupakan peringatan keras dari Gusti Allah agar yang bersangkutan segera bertobat, karena waktu yang sudah makin sempit !”
Kampret        : “Wah, terima kasih maz, Secangkir Ilmu hikmah telah masuk dalam kalbuku. Alhamdulillah. Semoga kita semua termasuk yang khusnul khotimah ya, maz !”
Maz Blangkon   : “Amin… Amin… Amin…, Pret !”


Ft :
  • Ora mari – ora mati (jawa) = tidak sembuh, tidak mati juga. 
  • Selonjor (jawa) = duduk santai sambil meluruskan kaki ke depan. 
  • Layatan (jawa) = menunjungi orang meninggal (takziyah). 
  • Khusnul khotimah = mati dalam kondisi amalan bagus dan di ridhoi Gusti Allah.


REHAT 0042 SABAR SUBUR

    Di satu waktu, ternyata musim kemarau nya adalah Kemarau Kembar. Dalam kondisi demikian, maka yang paling bingung dan berat menahan hidup adalah para petani. Dan yang paling sangat berat tentunya adalah petani tadah hujan.
    Tapi petani sendiri, rambut sama hitam, namun kawicaksanan ya lain-lain. Pak Triman sebagai salah satu petani tadah hujan, termasuk yang paling berat menghadapi kemarau kembar itu. Harus banyak-banyak menghela pikiran dan menghela hati !
    Satu saat, Pak Triman Nampak menyampaikan suatu pertimbangan pada istrinya : “Bune, dalam kondisi sangat berat seperti ini, harus tetap ada kerja, agar kebutuhan hidup tetap tersambung. Ladang tadah hujan kita tak bisa ditanami. Dan lembu kita harus dijual, karena tak ada pakan untuk mereka. Kalaulah ada, harus beli sedang harga pakan sangat mahal. Untuk semuanya kita harus sabar. Tapi sabar bukan berarti diam. Kita sabar menerima semua ini dengan ikhlas, tapi juga harus tetap kuat berikhtiar agar kondisi tidak semakin sulit. Saya berencana akan jual dua lembu itu. Sebagian besar uang hasil jual kita simpan dalam bentuk emas, atau disimpan di Bank. Nanti saya ajak Rahman anak kita untuk antar ke Bank. Sebagiannya lagi untuk beli babon-babon ayam yang sudah mau bertelur. Dan sebagian lain untuk pegangan bune, untuk jaga-jaga suatu keperluan yang mau tak mau harus pake uang.
    Nanti saya akan beli 20 ekor ayam, bunê. 17 ekor babon siap telur dan 3 ekor ayam jantan. Kita masih punya simpanan jagung kering beberapa ratus tongkol, bisa untuk keperluan makan keluarga dan sebagian untuk ayam-ayam kita itu. Sepertiga telurnya nanti untuk dijual, ditabung uangnya. Sepertiganya lagi untuk makanan lauk keluarga dan sepertiganya lagi untuk ditetaskan. Sisa-sisa kayu dan bambu di belakang rumah nanti saya buatnya jadi kandang ayam. Jika nanti ayam-ayam ini bagus, Insya Allah diperbanyak lagi ayamnya.
    Sedang tanah ladang kita yang kering, sepenuhnya kita tawakkal saja pada Gusti Allah, bunê. Kapan ada hujan lagi, atau bagaimana, kita serahkan sepenuhnya pada Gusti Allah yang maha memiliki dan maha berkehendak ! Kita sabar atas segala ketentuan. Insya Allah dalam kesabaran ada keberkahan. Yang penting dalam kesabaran kita terus berusaha, terus berikhtiar sesuai kemampuan. Bu Triman mengangguk saja, setuju apa yang disampaikan Pak Triman, suaminya.
Maz Blangkon   : “Tahukah kamu Pret, apa yang terjadi beberapa waktu kemudian atas kesabaran dan terus ikhtiar yang dilakukan oleh Pak Triman ?”
Kampret              : “Lha apa, maz ?”
Maz Blangkon : “Tanpa di duga, datanglah orang-orang dari sebuah Perusahaan Pertambangan Minyak yang didampingi Pejabat Pemda setempat, dan mereka mengatakan, bahwa dibawah tanah ladang Pak Triman dan tanah lain di sekitarnya secara geologi ada deposit minyak yang bisa ditambang”.
Kampret           : “Wahh, luar biasa ! Itu barangkali yang dimaksud makna kata-kata orang tua, bahwa SABAR – SUBUR, ya maz ! Diantara kesulitan ada kemudahan !”
Maz Blangkon  : “Ya Pret, betul. Di dalam kesabaran ada keberkahan (kesuburan). Sedang Diantara kesulitan ada kemudahan, ini adalah arti dari sebuah ayat Al-Qur’an ! Nah Pret, selanjutnya Pak Triman dan tetangga sekitarnya akhirnya makmur, karena ada bagi hasil yang diterima dari penambangan minyak di tanahnya, tanah kering tadah hujan !”

Ft :
  • Kemarau kembar = musim kemarau berturutan (setahun kemarau terus). 
  • Kawicaksanan (jawa) = kebijaksanaan. 
  • Tadah Hujan (jawa) = Tanah non irigasi teknis. Tanah basah hanya karena hujan. 
  • Babon (jawa) = ayam betina dewasa.