Selasa, 25 Maret 2014

REHAT 0043 ORA MARI - ORA MATI

    Hari sabtu sore, terasa bagitu longgar bagi maz Blangkon dan Kampret, dan juga untuk banyak orang tentunya. Maz Blangkon selonjoran kaki, begitu juga Kampret, di atas dipan besar, di pojok beranda rumah.
Kampret             : “Maz, tadi saya layatan di rumah teman. Tapi sayang maz, yang layat dari tetangga sekitar dan teman-teman almarhum hanya sedikit. Kabarnya almarhum termasuk orang yang tidak disukai. Sedang kata anaknya, teman saya itu, bapaknya sakit dobel kanker, yakni sirosis (kanker hati) dan kanker usus. Sudah 3 tahun lebih sakitnya, di atas ranjang, sudah banyak menguras dana, ORA MARI – ORA MATI. Nah, itu bagaimana maz ? !”
Maz Blangkon : “Maaf Pret, sebelumnya diluruskan dulu, bahwa kita tidak membicarakan almarhum, teman ayahmu itu. Tidak baik membicarakan orang yang sudah mati. Kita bicara dalam lingkup umum ya, siapa saja ! memang berat Pret, orang yang menderita penyakit berat, dalam waktu lama, ORA MARI – ORA MATI ! yang sakit akan lelah terus-terusan merasa sakit. Keluarganya juga lelah lahir batin terus mendampingi dan merawat. Dan yang pasti juga lelah keluar dana terus-menerus. Jika ini terjadi pada orang beriman, maka Insya Allah itu merupakan ujian kesabaran yang didalamnya ada pahala dan ampunan. Sedang jika itu terjadi pada orang zalim, maka Insya Allah itu merupakan cicilan siksa, sebelum siksa kubur dan akhirat. Atau paling tidak, itu merupakan peringatan keras dari Gusti Allah agar yang bersangkutan segera bertobat, karena waktu yang sudah makin sempit !”
Kampret        : “Wah, terima kasih maz, Secangkir Ilmu hikmah telah masuk dalam kalbuku. Alhamdulillah. Semoga kita semua termasuk yang khusnul khotimah ya, maz !”
Maz Blangkon   : “Amin… Amin… Amin…, Pret !”


Ft :
  • Ora mari – ora mati (jawa) = tidak sembuh, tidak mati juga. 
  • Selonjor (jawa) = duduk santai sambil meluruskan kaki ke depan. 
  • Layatan (jawa) = menunjungi orang meninggal (takziyah). 
  • Khusnul khotimah = mati dalam kondisi amalan bagus dan di ridhoi Gusti Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar