Maz Blangkon nampak matanya berkaca-kaca setelah membaca surat dari
teman karibnya di Jakarta. Pasti ada sesuatu yang mendalam, pikir Kampret, yang
kemudian tergerak untuk ingin tahu. Tapi Kampret berusaha masuk dapur dulu. Dan
keluar lagi sudah bawa 2 cangkir teh nasgitêl.
Kampret : “Ayo
maz, Ayo maz, nyruput teh nasgitêlnya
dulu !"
Maz Blangkon : “Wahh, Kamsia
Pret ! Pinter tenan kowe !”
Kampret : “Ya,
ini tombo untuk mata yang berkaca-kaca. Ada apa to maz?”
Maz Blangkon : “Ini lho
Pret, teman karib saya yang di Jakarta. Dulu suami istri dari Jogja sini. Sang
suami, teman karib saya, berasal dari keluarga sangat pas-pasan. Sedang
istrinya, seorang gadis cantik, putri seorang pengusaha di Jogja sini. Sang
gadis memilih sang suami, semata-mata karena agama dan akhlaknya yang bagus.
Kampret : “Lha,
yang membuat maz Blangkon sampai berkaca-kaca matanya?”
Maz Blangkon : “Ini Pret,
cinta dan kesetiaan istrinya. Dalam kondisi ekonomi keluarga belum bangkit,
tiga anak telah lahir, maka dengan tulus istrinya terus ikut berjuang bantu
suaminya dengan jualan jajanan anak-anak, juga kemudian jualan bakso, dll.
Istrinya tak pernah cerita macam-macam pada orang tuanya yang pengusaha. Selalu
yang ditunjukkan adalah keluarga sederhana yang bahagia. Istrinya dengan
kesetiaan dan cintanya, terus selalu mendorong dan memberi semangat pada
suaminya. Dan Alhamdulillah, kini suaminya telah mendapat posisi yang makin
bagus. Saya trenyuh dan ikut bahagia atas hasil perjuangan hidup teman
karib ini, yang dikawal selalu oleh rasa cinta dan kesetiaan istrinya. Kadang
jika suaminya merasa mulai stres dengan kompetisi dan lingkungan kerja di
Jakarta, tapi cinta dan kesetiaan istri yang kembalikan dia jadi kokoh percaya
diri. Kadang dia mulai merasa lelah dan bosan, tapi cinta dan kesetiaan istri
yang kembalikan dia jadi semangat !”
Kampret : “Wah, indah sekali ya maz sentuhan-sentuhan
cinta dan kesetiaan ? !”
Maz Blangkon : “Ya, Indah
sekali Pret ! Cinta dan kesetiaan adalah keindahan, kekuatan, dan ketulusan.
Hanya cinta yang murni Pret, yang bisa melakukannya !”
Kampret : “Berbahagialah teman karibmu itu, ya maz !”
Ft :
- Teh nasgitêl = teh panas, legi (manis), kênthêl (kental).
- Kamsia (china) = terima kasih.
- Pinter tenan kowe (jawa) = pandai betul kamu (pengertian).
- Tombo (jawa) = obat.
- Trenyuh (jawa) = sangat menyentuh hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar