Sabtu, 22 Maret 2014

REHAT 0039 HUKUM KERAS - LUNAK


Waktu maz Blangkon dan Kampret lagi kuliner di sebuah restoran mini dekat selokan mataram, tiba-tiba mata Kampret tertuju pada seorang tukang parkir di seberang jalan. Kampret merasa itu adalah temannya waktu SMA. Segera Kampret keluar sebentar dan temui tukang parkir itu. Keduanya tampak akrab omong-omong beberapa saat, sampai kemudian Kampret mohon diri, sambil tak lupa memasukkan selembar uang kertas warna merah ke saku temannya. Kampret kembali duduk bersama dengan maz Blangkon.
Kampret           : “Itu tadi ternyata teman SMA saya maz, Edy namanya. Dia tadi pegang erat-erat tangan saya, matanya memerah, maka segera saya besarkan hatinya. Saya bilang pada Edy, yang penting halal. Halal itu mulia ! Temanku itu dulu anak orang kaya, maz”.
Maz Blangkon : “Terus, bagaimana ceritanya sehingga jadi tukang parkir?”
Kampret           : “Ayahnya pejabat maz, kaya raya. Ke sekolah pake motor bagus. Habis pulang sekolah, langsung keluar rumah lagi bawa mobil. Sayang, dia malas belajar maz. Sukanya jalan-jalan dan kuliner pindah-pindah tempat. Di kelas dia banyak ngantuk, karena malam suka dugem. Lulus SMA ayahnya meninggal, maz. Sejak itulah saya tidak pernah bertemu lagi dengannya. Hanya kabarnya keluarganya jatuh merosot sepeninggal ayahnya, maz. Seperti tidak siap begitu”.
Maz Blangkon  : “Nampaknya temanmu itu harus menerima kenyataan tentang Hukum    Keras Lunak, Pret !”
Kampret             : “Bagaimana itu Hukum Keras Lunak, maz?”
Maz Blangkon  :  “Manakala di masa muda banyak sembrono, sakpenakke dhewe, hidup hanya dicari enaknya saja, semua kondisi seakan hanya diambil lunak dan nikmatnya saja, maka biasanya orang itu di masa tuanya akan alami kerasnya kehidupan. Begitu juga sebaliknya, Pret. Jika di masa muda seseorang sudah berusaha siapkan diri, rajin berlatih kerja, rajin belajar, betul-betul berusaha keras membangun diri, maka Insya Allah di masa tuanya dia akan nikmati kehidupan yang baik, kehidupan yang lunak”.
Kampret           :  “Ok maz, saya faham maz. Tapi saya sendiri ini kerasnya di waktu pagi, maz. Dan jadi lunak lêmês di waktu siang !”
Maz Blangkon     :  “Wehh, kamu ini masih saja suka nglantur, Pret !”



Ft   :

  • Sakpenakke dhewe (jawa) = berbuat sesuka hati. 
  • Nglantur (jawa) = berkata / berbuat tidak pada porsinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar