Kamis, 06 Maret 2014

REHAT 0036 UTUSAN-UTUSAN MALAIKAT MAUT


Maz Blangkon mengajak Kampret ke  pojok alun-alun utara Kraton untuk cari sarapan bubur ayam di ahad pagi yang sejuk dan cerah. Tapi sayangnya Kampret masih nampak kuyu dan ngantuk.
Maz Blangkon  : “Kenapa Pret, kamu kok masih nampak lêmês begitu? Minummya saya mintakan kopi saja ya, biar matamu lebih grêng begitu ?”
Kampret        : “Ya maz, makasih. Uuammpun maz, tadi malam saya diajak Priyo ke ULTAH temannya, dan pulang sampai jam 02.00 dini hari tadi !”
Maz Blangkon : “Kok pol-polan… Peng-pengan tenan acarane ! Acara apa saja itu, Pret?”
Kampret         : “Awalnya makan-makan aja, tapi kemudian setelah jam 24.00 berubah jadi acara joget, ketawa-ketiwi, dansa-dansi, lalu mulai disediakan minuman beralkohol, dan baru berakhir jam 02.00 pagi, maz. Saya sih, setelah acara makan-makan, saya lebih memilih duduk-duduk saja di pojok ruangan bersama beberapa orang. Saya tidak ingin terjebak lupa diri, maz. Kalo seperti itu, tuh bagaimana maz?”
Maz Blangkon : “Alhamdulillah Pret, hatimu masih relatif bersih ! Ya, sebetulnya acara ULTAH itu Ok Ok saja Pret, selagi tak berlebihan. Ya, ini karena sebetulnya waktu umur kita tambah 1 tahun, pada hakekatnya berarti juga jatah hidup kita berkurang 1 tahun, Pret. Iya to Pret?”
Kampret            : “Oh, ya maz, betul betul betul !”
Maz Blangkon : “Nah, makna tambah 1 tahun, kita syukuri lah, karena Tuhan masih mempercayakan hidup dan kehidupan pada kita. Sedang makna jatah hidup kita berkurang 1 tahun, sudah barang tentu harus di isi amal-amal baik dan terbaik untuk bekal menghadap Tuhan, kan? Lha kalo kemudian pada lupa diri, lalu bekal amal apa yang akan dibawa menghadap Tuhan nanti ?! Padahal kita semua sebagai peserta Antrian Panjang Kematian, kita tidak tahu dapat TIKET nomer berapa ! Iya to Pret?”
Kampret         : “Iya, maz ! Wah, saya jadi khawatir terhadap diri saya sendiri, maz ! Amal rasanya masih sangat sedikit, belum kawin juga. Wahh, piye iki?” Tapi tak apalah, saya masih muda. Kan mereka yang tua-tua dulu yang dipanggil !”
Maz Blangkon : “Ya tidak juga, Pret. Coba sana Tanya pada petugas bagian jenazah di rumah sakit – rumah sakit. Yang mati muda juga cukup banyak, terutama karena narkoba, kecelakaan lalu lintas, miras, dan sebagian lagi karena sakit. Dan sebetulnya Pret, yang paling penting lagi untuk semuanya, tua atau muda, adalah ya bagaimana kita itu siapkan bekal kita untuk bertemu Gusti Allah. Apa lagi Pret, kalo kita mau cermat dalam hidup, sebetulnya malaikat maut itu diam-diam sudah mengirimkan utusan-utusannya pada kita semua, Pret !”
Kampret           : “Lho, kok utusan-utusan malaikat maut, to maz? Tambah medên-medêni aku wae !”
Maz Blangkon : “Ya Pret, utusan-utusan malaikat maut itu ada dalam wujud perubahan kondisi kehidupan yang bisa dicermati dan dirasakan.
Kampret            : “Misalnya apa, maz?”
Maz Blangkon  : “Perhatikanlah ya Pret, agar kamu dapat mengambil Hikmahnya, inilah wujud utusan-utusan malaikat maut itu :
Jika dulu badan kokoh kuat,
Sekarang badan mulai mudah lelah dan lemah
Dulu suaranya lantang,
Sekarang suara mulai bergetar
Jika dulu air seninya asin,
Sekarang seringnya kencing manis
Dulu suka pake minyak wangi,
Sekarang sering pake minyak angin
Dulu Pasutri tidur ketemu hidung,                            
Sekarang tidur ketemu punggung
Jika dulu Pasutri seminggu 3x,
Sekarang jadi sekali dalam 3 minggu
Dulu sering pergi ke diskotik
Sekarang sering pergi ke apotik
Dulu sering mimik susu,
Sekarang jadi sering mimik jamu
Kampret             : “Iya maz, betul betul betul…! Wah, enakê aku cepet nikah, ya maz!”
Maz Blangkon  : “Makanya cepat nikah to, Pret ! Setelah itu silahkan kawin sesukamu! Mundhak kedhisikan utusan-utusan malaikat maut datang !”

  Ft :

  • lêmês (jawa) = lemah, kurang bertenaga. 
  • Grêng (jawa) = bersemangat / kokoh. 
  • Kok pol-polan…, peng-pengan acaranê (jawa) = kok acaranya habis-habisan! 
  • Wah, piye iki ? (jawa) = wah, bagaimana ini ? 
  • Tambah medên-medêni aku wae (jawa) = tambah menakut-menakuti aku saja. 
  • Enakê (jawa) = enaknya.
  • Mundhak kedhisikan (jawa) = bisa jadi didahului.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar