Maz Blangkon mengajak Kampret ke
pojok alun-alun utara Kraton untuk cari sarapan bubur ayam di
ahad pagi yang sejuk dan cerah. Tapi sayangnya Kampret masih nampak kuyu dan
ngantuk.
Maz Blangkon : “Kenapa Pret,
kamu kok masih nampak lêmês begitu?
Minummya saya mintakan kopi saja ya, biar matamu lebih grêng begitu ?”
Kampret : “Ya maz, makasih. Uuammpun maz, tadi malam
saya diajak Priyo ke ULTAH temannya, dan pulang sampai jam 02.00 dini hari tadi
!”
Maz Blangkon : “Kok pol-polan… Peng-pengan tenan acarane ! Acara
apa saja itu, Pret?”
Kampret : “Awalnya
makan-makan aja, tapi kemudian setelah jam 24.00 berubah jadi acara joget,
ketawa-ketiwi, dansa-dansi, lalu mulai disediakan minuman beralkohol, dan baru
berakhir jam 02.00 pagi, maz. Saya sih, setelah acara makan-makan, saya lebih
memilih duduk-duduk saja di pojok ruangan bersama beberapa orang. Saya tidak
ingin terjebak lupa diri, maz. Kalo seperti itu, tuh bagaimana maz?”
Maz Blangkon : “Alhamdulillah Pret, hatimu masih relatif bersih !
Ya, sebetulnya acara ULTAH itu Ok Ok saja Pret, selagi tak berlebihan. Ya, ini
karena sebetulnya waktu umur kita tambah 1 tahun, pada hakekatnya berarti juga jatah
hidup kita berkurang 1 tahun, Pret. Iya to Pret?”
Kampret : “Oh, ya maz, betul betul betul !”
Maz Blangkon : “Nah, makna tambah 1 tahun, kita syukuri lah,
karena Tuhan masih mempercayakan hidup dan kehidupan pada kita. Sedang makna jatah
hidup kita berkurang 1 tahun, sudah barang tentu harus di isi amal-amal
baik dan terbaik untuk bekal menghadap Tuhan, kan? Lha kalo kemudian pada lupa
diri, lalu bekal amal apa yang akan dibawa menghadap Tuhan nanti ?! Padahal
kita semua sebagai peserta Antrian Panjang Kematian, kita tidak
tahu dapat TIKET nomer berapa ! Iya to Pret?”
Kampret : “Iya, maz !
Wah, saya jadi khawatir terhadap diri saya sendiri, maz ! Amal rasanya masih
sangat sedikit, belum kawin juga. Wahh, piye iki?” Tapi tak
apalah, saya masih muda. Kan mereka yang tua-tua dulu yang dipanggil !”
Maz Blangkon : “Ya tidak juga, Pret. Coba sana Tanya pada petugas bagian
jenazah di rumah sakit – rumah sakit. Yang mati muda juga cukup banyak,
terutama karena narkoba, kecelakaan lalu lintas, miras, dan
sebagian lagi karena sakit. Dan sebetulnya Pret, yang paling penting
lagi untuk semuanya, tua atau muda, adalah ya bagaimana kita itu siapkan bekal
kita untuk bertemu Gusti Allah. Apa lagi Pret, kalo kita mau cermat dalam
hidup, sebetulnya malaikat maut itu diam-diam sudah mengirimkan utusan-utusannya
pada kita semua, Pret !”
Kampret : “Lho, kok
utusan-utusan malaikat maut, to maz? Tambah medên-medêni aku wae !”
Maz Blangkon : “Ya Pret, utusan-utusan
malaikat maut itu ada dalam wujud perubahan kondisi kehidupan
yang bisa dicermati dan dirasakan.
Kampret : “Misalnya apa, maz?”
Maz Blangkon :
“Perhatikanlah ya Pret, agar kamu dapat mengambil Hikmahnya, inilah wujud utusan-utusan
malaikat maut itu :
Jika dulu badan kokoh kuat,
Sekarang badan mulai mudah lelah dan lemah
Dulu suaranya lantang,
Sekarang suara mulai bergetar
Jika dulu air seninya asin,
Sekarang seringnya kencing manis
Dulu suka pake minyak wangi,
Sekarang sering pake minyak angin
Dulu Pasutri tidur ketemu hidung,
Sekarang tidur ketemu punggung
Jika dulu Pasutri seminggu 3x,
Sekarang jadi sekali dalam 3 minggu
Dulu sering pergi ke diskotik
Sekarang sering pergi ke apotik
Dulu sering mimik susu,
Sekarang jadi sering mimik jamu
Kampret : “Iya
maz, betul betul betul…! Wah, enakê aku
cepet nikah, ya maz!”
Maz Blangkon : “Makanya
cepat nikah to, Pret ! Setelah itu silahkan kawin sesukamu! Mundhak
kedhisikan utusan-utusan malaikat maut datang !”
Ft :
- lêmês (jawa) = lemah, kurang bertenaga.
- Grêng (jawa) = bersemangat / kokoh.
- Kok pol-polan…, peng-pengan acaranê (jawa) = kok acaranya habis-habisan!
- Wah, piye iki ? (jawa) = wah, bagaimana ini ?
- Tambah medên-medêni aku wae (jawa) = tambah menakut-menakuti aku saja.
- Enakê (jawa) = enaknya.
- Mundhak kedhisikan (jawa) = bisa jadi didahului.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar