Di satu waktu, ternyata musim kemarau
nya adalah Kemarau Kembar. Dalam kondisi demikian, maka yang paling
bingung dan berat menahan hidup adalah para petani. Dan yang paling sangat
berat tentunya adalah petani tadah hujan.
Tapi petani sendiri, rambut sama hitam,
namun kawicaksanan ya lain-lain. Pak Triman sebagai salah satu
petani tadah hujan, termasuk yang paling berat menghadapi kemarau
kembar itu. Harus banyak-banyak menghela pikiran dan menghela hati !
Satu saat, Pak Triman Nampak menyampaikan
suatu pertimbangan pada istrinya : “Bune, dalam kondisi sangat berat seperti
ini, harus tetap ada kerja, agar kebutuhan hidup tetap tersambung. Ladang tadah
hujan kita tak bisa ditanami. Dan lembu kita harus dijual, karena tak ada pakan
untuk mereka. Kalaulah ada, harus beli sedang harga pakan sangat mahal. Untuk
semuanya kita harus sabar. Tapi sabar bukan berarti diam. Kita sabar menerima
semua ini dengan ikhlas, tapi juga harus tetap kuat berikhtiar agar kondisi
tidak semakin sulit. Saya berencana akan jual dua lembu itu. Sebagian besar uang
hasil jual kita simpan dalam bentuk emas, atau disimpan di Bank. Nanti saya
ajak Rahman anak kita untuk antar ke Bank. Sebagiannya lagi untuk beli babon-babon
ayam yang sudah mau bertelur. Dan sebagian lain untuk pegangan bune, untuk
jaga-jaga suatu keperluan yang mau tak mau harus pake uang.
Nanti saya akan beli 20 ekor ayam, bunê. 17 ekor babon siap telur dan 3 ekor ayam jantan. Kita masih punya
simpanan jagung kering beberapa ratus tongkol, bisa untuk keperluan makan
keluarga dan sebagian untuk ayam-ayam kita itu. Sepertiga telurnya nanti untuk
dijual, ditabung uangnya. Sepertiganya lagi untuk makanan lauk keluarga dan
sepertiganya lagi untuk ditetaskan. Sisa-sisa kayu dan bambu di belakang rumah
nanti saya buatnya jadi kandang ayam. Jika nanti ayam-ayam ini bagus, Insya
Allah diperbanyak lagi ayamnya.
Sedang tanah ladang kita
yang kering, sepenuhnya kita tawakkal saja pada Gusti Allah, bunê. Kapan ada hujan lagi, atau bagaimana, kita serahkan sepenuhnya
pada Gusti Allah yang maha memiliki dan maha berkehendak ! Kita sabar atas
segala ketentuan. Insya Allah dalam kesabaran ada keberkahan. Yang penting
dalam kesabaran kita terus berusaha, terus berikhtiar sesuai kemampuan. Bu Triman mengangguk saja, setuju apa yang disampaikan Pak
Triman, suaminya.
Maz Blangkon : “Tahukah
kamu Pret, apa yang terjadi beberapa waktu kemudian atas kesabaran dan terus
ikhtiar yang dilakukan oleh Pak Triman ?”
Kampret : “Lha apa, maz ?”
Maz Blangkon : “Tanpa di duga, datanglah orang-orang dari sebuah
Perusahaan Pertambangan Minyak yang didampingi Pejabat Pemda setempat, dan
mereka mengatakan, bahwa dibawah tanah ladang Pak Triman dan tanah lain di sekitarnya
secara geologi ada deposit minyak yang bisa ditambang”.
Kampret : “Wahh,
luar biasa ! Itu barangkali yang dimaksud makna kata-kata orang tua, bahwa
SABAR – SUBUR, ya maz ! Diantara kesulitan ada kemudahan !”
Maz Blangkon : “Ya Pret, betul.
Di dalam kesabaran ada keberkahan (kesuburan). Sedang Diantara kesulitan ada
kemudahan, ini adalah arti dari sebuah ayat Al-Qur’an ! Nah Pret,
selanjutnya Pak Triman dan tetangga sekitarnya akhirnya makmur, karena ada bagi
hasil yang diterima dari penambangan minyak di tanahnya, tanah kering tadah
hujan !”
Ft :
- Kemarau kembar = musim kemarau berturutan (setahun kemarau terus).
- Kawicaksanan (jawa) = kebijaksanaan.
- Tadah Hujan (jawa) = Tanah non irigasi teknis. Tanah basah hanya karena hujan.
- Babon (jawa) = ayam betina dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar