Setelah
berputar-putar di seantereo kota Jogja untuk banyak urusan dari pagi sampai
siang, maz Blangkon dan Kampret merasa letih, kêplêh, ngelih, ngelak. Kebetulan di siang itu mereka telah berada
di depan Pasar Kotagede. Maz Blangkon menghentikan kendaraannya. Mereka
berdua lalu menatap beberapa orang yang duduk di kursi panjang, di bawah
keteduhan pohon beringin, nampak mereka begitu nikmat pelan-pelan meneguk ES
DAWET KOTAGEDE.
Mereka berdua tak kuasa kalo hanya melihat
saja. Jakunnya sudah naik turun. Air liur Kampret juga sudah ingin menetes.
Mereka pun segera bergabung dengan para pembeli lainnya.
Maz Blangkon dan Kampret mat-matan
menikmati Es Dawet Kotagede. Pelan-pelan diminum, di sruput, dinikmati
betul sensasi kenikmatan dan kesegarannya, seakan telah jadi tombo ati,
tombo ngelak, tombo ngelih ! Mereka berdua glêgêkken… antop… susul-menyusul !
Maz Blangkon : “Bagaimana
Pret, es dawete ?”
Kampret :
“Alhamdulillah maz, suuegerr…, uuuenak… top markotop !”
Maz Blangkon : “Betul Pret,
nikmat sekali. Santannya cukup kental, gulanya asli gula jawa, camcao dan
dawetnya kenyil-kenyil, tape ketannya manis legit. Tul betul menggoda
lidah kita ya, Pret ? ! Lelah kita rasanya hilang, ngelih-ngelak kita
juga sirna”.
Kampret : “Betttul maz ! Eh Maz,… boleh tambah
lagi… he he he ? !”
Maz Blangkon : “Boleh… boleh… boleh, Pret. Boleh tambah 2 atau 3 gelas
! Tapi tambahane mbayar dewe, ya”.
Kampret : “Waduh, jangan gitu maz ! Lain waktu
tidak saya traktir Bakso “GONCANG LIDAH” pentholane okeh lho !”
Maz Blangkon : “Oke Oke, dên Kampret. Ya sudah, kabeh tak bayari ! Eh Pret, kita
bersyukur lho, sebetulnya kita sekarang ini juga berada di Pasar tertua di
wilayah Yogyakarta ini lho !”
Kampret : “Iya
to, maz ?”
Maz Blangkon : “Ya Pret, Pasar ini sudah ada sekitar 500 tahun yang
lalu, waktu Mataram Islam Pertama dibangun oleh pendirinya, Yakni Danang
Sutowijoyo, yang bergelar Panembahan Senopati. Beliau adalah
Raja Pertama Mataram Islam. Hampir berbarengan dengan Pasar kotagede
ini, dibangun dulu Masjid Agung Mataram Islam yang terletak di arah
barat daya Pasar Kotagede ini, sekitar 100 m dari sini. Ya sudah, ceritanya
panjang Pret, disambung di waktu lain ya. Sekarang kita siap-siap pulang”.
Kampret : “Ok,
bos ! wis entuk suueger, sehat. Sak iki bali !”
Ft :
- Kêplêh (jawa) = amat lelah.
- Ngelih-ngelak (jawa) = lapar dan haus.
- Mat-matan (jawa) = menikmati sesuatu dengan penuh perasaan.
- Tombo ati (jawa) = obat hati.
- Tombo ngelak, tombo ngelih (jawa) = obat haus, obat lapar.
- Kenyil-kenyil (jawa) = makanan yang nyendal jika dimakan.
- Kabeh tak bayari (jawa) = semua saya bayar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar