Habis isya’, maz
Blangkon dan Kampret duduk-duduk di beranda rumah Cangkriman. Di
depannya tersedia camilan lemper, bakpia dan teh nasgitel.
Kampret : “Maz,
saya yang sampai sekarang belum mbojo ini, kok masih teringat terus dan
terinspirasi kisah teman karib maz yang di Jakarta itu…, tentang cinta dan
kesetiaan istrinya. Apa ada kisah lain maz, yang kira-kira hampir seperti itu
?”.
Maz Blangkon : “Hemmh…,
apa ya Pret. Oh ya, Insya Allah ada Pret. Kisah yang pernah saya baca tentang
sebuah keluarga kecil sederhana di Amerika Serikat”.
Kampret : “Oce…
Oce…, bagaimana itu maz ? !”
Maz Blangkon : “Ini
tentang keluarga Pak Stephen King, sang Raja Cerita Horor Dunia !” Pak
Stephen lahir di Maine USA di tahun 1947. Tapi baru usia 3 tahun, dia sudah
yatim. Ibunya berusaha menghidupi Stephen dan kakaknya dengan bekerja di
restoran. Stephen tumbuh dari TK, SD sampai sekolah lanjutan secara biasa-biasa
saja. Tapi satu cirinya, bahwa Stephen suka menulis.
Kampret :
“Terus bagaimana dengan kisah keluarganya, maz?”
Maz Blangkon : “Stephen muda
menikah pada tahun 1971. Stephen berusaha hidupi keluarganya dengan
bermacam-macam pekerjaan yang dilakoninya; pernah sebagai guru, buruh garmen,
penjaga POM Bensin, dll. Kegiatan menulis tetap dikerjakan, tapi tulisannya
lebih sering ditolak. Di sinilah Pret, sang istri dengan cinta dan
kesetiaannya, terus menerima berapapun penghasilan sang suami. Dengan cinta dan
kesetiaannya, terus mengepakkan sayap-sayap semangat suaminya untuk terus
menulis. Dengan cinta dan kesetiaannya, terus mengawal rasa pesimis suami
karena tulisan-tulisan amat sering tertolak, untuk diolah diubah menjadi
optimis !”
Kampret :
“Trus…trus, bagaimana maz?”
Maz Blangkon : “Ya,
dengan cinta dan kesetiaannya, sang istri buatkan minuman panas jika malam
terasa dingin. Sang istri memijat-mijat sang suami, jika Pak Stephen mulai
nampak lelah. Sampai suatu saat, berlembar-lembar hasil ketikan Pak Stephen
Nampak di remas-remas lalu dibuang di kotak sampah, karena Pak Stephen merasa
cerita fiksinya kurang bagus, dan paling-paling nanti juga ditolak. Tulisan
yang dibuang itu adalah kisah tentang gadis remaja yang bernama Carrietta
White. Untunglah kemudian sang istri tahu. Lalu dengan cinta dan
kesetiaannya, diambilnya kembali halaman-halaman kertas yang sudah di
remas-remas dibuang itu. Sang istri kaget, ini tulisan sebetulnya bagus, maka
kemudian sang istri terus meminta dan mendorong Pak Stephen agar menyelesaikan
tulisannya. Dan tahukah kamu Pret, apa yang terjadi dengan tulisan fiksi
“Carrietta White” itu yang pada akhirnya jadi buku novel dengan judul Carrie
?”
Kampret : “Lha,
bagaimana mas?”
Maz Blangkon : “Novel Carrie
itu ternyata sangat diminati para penerbit. Oleh Penerbit terkenal Amerika
NEW AMERICAN LIBRARY, novel Carrie itu dibeli dengan harga US $
400.000,00 ! Karena cinta dan kesetiaan lah yang selamatkan tulisan
novel itu dari bak sampah, dan ternyata… bernilai sekitar 5 milyar rupiah !
Kampret : “Cinta
dan kesetiaan pada waktunya selalu menampilkan kedahsyatannya sendiri, ya
maz !”
Maz Blangkon : “Begitulah
Pret, akhirnya dengan terus dikawal cinta dan kasih sang istri, Stephen
King jadi makin bergelora ! Sekarang Stephen King adalah pengarang dunia paling
sukses. Karya-karyanya telah diterjemahkan dalam 33 bahasa, dan diterbitkan di
35 negara. Menurut majalah Forbes, Stephen King adalah pengarang terkaya
dunia. Pada tahun 1996 pendapatannya adalah sekitar US $ 84 juta !
Kampret : “Artinya itu juga buah kesabaran ya maz?”
Maz Blangkon : “Betul Pret
! Dalam cinta dan kesetiaan selalu ada ketelatenan dan kesabaran. Dan
dalam kesabaran ada kesuburan serta barokah ! Karya-karya Stephen King terus
tambah, banyak diantaranya telah di filmkan, misal : Carrie, The Shinning, Cujo,
The Green mile, dll. Sudah barang tentu karya-karya besar ini kemungkinan
tidak akan lahir, andai saja sang istri dengan cinta dan kesetiaannya
tidak memunguti gumpalan remasan-remasan kertas novelnya dari bak sampah !”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar