Senin, 12 Mei 2014

REHAT 0060 MIKUL DHUWUR, MENDHEM JERO

Bersama mobil VW Kodoknya, maz Blangkon mengajak Kampret menghela-hela waktu putar-putar kota Jogja untuk melepas kepenatan dan rutinitas. Setelah menyusuri Jl. Malioboro, sampai di depan Benteng Vredeburg, langsung belok kiri, sampai “Taman Pintar”.
Begitu banyaknya pengunjung “Taman Pintar”, yang mana bus-bus wisata dan mobil pribadi rata-rata diparkir di depan halaman Bank Indonesia, sehingga betul-betul membuat sibuk para bapak Polisi yang terus bekerja keras untuk mengatur kendaraan maupun banyak orang yang mau menyeberang jalan.
    Maz Blangkon  
:
“Perhatikan Pret, itu Pak Polisi lalu lintas, lagi sibuk sekali. Hayoo kenapa kok disebut Polisi LALU LINTAS, Pret ?”
    Kampret
:
“Ya karena memang tugasnya mengatur lalu lintas kendaraan di jalan, to maz ?”
    Maz Blangkon
:
“Wah, kalo itu jawaban terlalu klise, Pret ! Saya beritahu ya Pret, disebut Polisi LALU LINTAS, bukan Polisi LALU PULANG, ya karena kalo Pak Polisi segera pulang, lalu lintas kendaraan bisa jadi macet dan kacau kendaraan di jalan, Pret !”
    Kampret
:
“Yow is, kalah aku. Ngaku kalah aku ! Puas ya Tuan Mister Muuaz Blangkon ?”
    Maz Blangkon
:
“Puas… Puas… he he he !”
    Kampret
:
“Eh maz, kemarin waktu aku pulang ke desa, waktu aku mau pulang balik lagi ke Jogja, kata mbah kung memberi pesan padaku, maz. Pesan Beliau :
“Le Pret, demi kemulyaan bapak / ibumu, juga kemulyaanmu, maka hendaklah kamu selalu mikul dhuwur mendhem jero marang wong tuamu, termasuk juga pada mbah kung, sebagai kasepuhanmu”.
Maka atas pesan mbah kung itu, saya hanya jawab, “Insya Allah, nggih mbah kung !” Nah, bagaimana maz pengertian mendalam dari pesan mikul dhuwur-mendhem jero, itu maz ?
    Maz Blangkon
:
“Pesan bagus dari mbah kung mu, Pret. Inti pesan itu agar tiap anak senantiasa memulyakan orang tuanya dimana saja dan kapan saja berada.
Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaknya amal baik orang tua dilestarikan
Sedang amal kurang bagus ditutup
Dimohonkan ampun dari sisi Allah

Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaklah nama baik orang tua selalu dijunjung tinggi
Jangan dibuat mainan
Dan selalu panjatkan do’a untuk
Kebaikan kubur dan akhiratnya.

Mikul dhuwur, mendhem Jero
Hendaknya teman-teman baik orang tua disambangi
Kalo ada tanggungan hutang
Dilunasi

Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaklah tiap anak berusaha bisa lebih baik
Dari orang tuanya, membuat gembira hatinya,
Mendahulukan urusan-urusannya
Tidak membikin sedih atau sakit hati.

Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaklah kita anak, dimana saja dan kapan saja
Selalu memulyakan orang tua
Selalu memohon pada Gusti Allah
Agar kita dan orang tua dikumpulkan
Di dunia dan akhirat
Dalam ampunan, barokah, rahmat, dan
ridlo Gusti Allah

Itulah Pret, kira-kira makna luas dari pesan mbah kung mu, agar kamu bisa mikul dhuwur, mendhem jero terhadap orang tua”.
    Kampret
:
“Wahh, Alhamdulillah maz, jelas dan lengkap tenan keluasan maknanya! Semoga mister Kampret dimudahkan bisa mengamalkannya dengan baik”.
    Maz Blangkon
:
“Amin Pret, Amiien !

Ft :
   Mbah Kung (jawa) = kakek.
-  Mikul dhuwur, mendhem jero (jawa) = makna harfiahnya adalah ‘mengangkat tinggi, mengubur dalam’.
   Nggih (jawa) = ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar