Bersama mobil VW
Kodoknya, maz Blangkon mengajak Kampret menghela-hela waktu putar-putar
kota Jogja untuk melepas kepenatan dan rutinitas. Setelah menyusuri Jl.
Malioboro, sampai di depan Benteng Vredeburg, langsung belok kiri,
sampai “Taman Pintar”.
Begitu banyaknya pengunjung “Taman Pintar”, yang mana
bus-bus wisata dan mobil pribadi rata-rata diparkir di depan halaman Bank
Indonesia, sehingga betul-betul membuat sibuk para bapak Polisi yang terus
bekerja keras untuk mengatur kendaraan maupun banyak orang yang mau menyeberang
jalan.
Maz Blangkon
|
:
|
“Perhatikan Pret, itu Pak Polisi lalu lintas, lagi sibuk
sekali. Hayoo kenapa kok disebut Polisi LALU LINTAS, Pret ?”
|
Kampret
|
:
|
“Ya karena memang tugasnya mengatur lalu lintas kendaraan di jalan,
to maz ?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Wah, kalo itu jawaban terlalu klise, Pret ! Saya beritahu
ya Pret, disebut Polisi LALU LINTAS, bukan Polisi LALU PULANG, ya karena kalo
Pak Polisi segera pulang, lalu lintas kendaraan bisa jadi macet dan kacau
kendaraan di jalan, Pret !”
|
Kampret
|
:
|
“Yow is, kalah aku. Ngaku kalah aku ! Puas ya Tuan Mister Muuaz
Blangkon ?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Puas… Puas… he he he !”
|
Kampret
|
:
|
“Eh maz, kemarin waktu aku pulang ke desa, waktu aku mau pulang
balik lagi ke Jogja, kata mbah kung memberi pesan padaku, maz. Pesan
Beliau :
“Le Pret, demi kemulyaan bapak / ibumu, juga kemulyaanmu, maka
hendaklah kamu selalu mikul dhuwur mendhem jero marang wong tuamu,
termasuk juga pada mbah kung, sebagai kasepuhanmu”.
Maka atas pesan mbah kung itu, saya hanya jawab, “Insya Allah,
nggih mbah kung !” Nah, bagaimana maz pengertian mendalam dari pesan mikul
dhuwur-mendhem jero, itu maz ?
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Pesan bagus dari mbah kung mu, Pret. Inti pesan itu agar tiap
anak senantiasa memulyakan orang tuanya dimana saja dan kapan saja berada.
Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaknya amal baik orang tua dilestarikan
Sedang amal kurang bagus ditutup
Dimohonkan ampun dari sisi Allah
Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaklah nama baik orang tua selalu dijunjung tinggi
Jangan dibuat mainan
Dan selalu panjatkan do’a untuk
Kebaikan kubur dan akhiratnya.
Mikul dhuwur, mendhem Jero
Hendaknya teman-teman baik orang tua disambangi
Kalo ada tanggungan hutang
Dilunasi
Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaklah tiap anak berusaha bisa lebih baik
Dari orang tuanya, membuat gembira hatinya,
Mendahulukan urusan-urusannya
Tidak membikin sedih atau sakit hati.
Mikul dhuwur, mendhem jero
Hendaklah kita anak, dimana saja dan kapan saja
Selalu memulyakan orang tua
Selalu memohon pada Gusti Allah
Agar kita dan orang tua dikumpulkan
Di dunia dan akhirat
Dalam ampunan, barokah, rahmat, dan
ridlo Gusti Allah
Itulah Pret, kira-kira makna luas dari pesan mbah kung mu, agar
kamu bisa mikul dhuwur, mendhem jero terhadap orang tua”.
|
Kampret
|
:
|
“Wahh, Alhamdulillah maz, jelas dan lengkap tenan keluasan
maknanya! Semoga mister Kampret dimudahkan bisa mengamalkannya dengan baik”.
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Amin Pret, Amiien !
|
Ft :
-
Mbah
Kung (jawa) = kakek.
-
Mikul
dhuwur, mendhem jero (jawa) = makna harfiahnya adalah ‘mengangkat tinggi,
mengubur dalam’.
- Nggih (jawa) = ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar