Kampret diam-diam memperhatikan maz Blangkon yang seharian ini
nampaknya relatif tanpa senyum. Kampret menduga-duga, dan mencoba mencocokkan
dugaannya.
Kampret : “Maaf maz, kalo boleh tahu, kenapa
seharian ini kok nampaknya sedih bin
prihatin?”
Maz Blangkon : “Ya Pret,
kamu betul. Saya lagi sedih. Sebagai anak bangsa yang mencintai negeri ini dan
warganya, nurani saya merasa terganggu dengan pembebasan bersyarat si Ratu
Mariyuana dari Australia Schapelle Corby oleh Menkumham Amir
Syamsudin pada tanggal 7 Februari 2014 yang lalu.
Kampret : “Ya
maz, saya juga heran. Narkotika kan termasuk kejahatan luar biasa, tapi kok
bisa-bisanya Corby ini dapat remisi 5x, dapat grasi dari Presiden SBY
pada Agustus 2013, lalu kemudian dibebaskan bersyarat pada 7 Februari 2014.
Terus menurut maz Blangkon, hal ini gejala atau pertanda apa maz?”
Maz Blangkon : “Begini Pret,
meskipun kita ini bukan orang hukum, tapi dengan akal sehat dan hati yang
jernih, kita bisa melihat dan merasakan bagaimana kwalitas hukum kita.
Dimana-mana penjara penuh sesak. Hukum yang baik dan efektif mestinya akan
membuat isi penjara berkurang dan terus berkurang. Nah, penjara negeri kita
sebaliknya ! Bahkan kemudian dibangun penjara-penjara baru, ya penuh lagi.
Bangun lagi, penuh lagi ! Korupsi menggurita, miras dimana-mana, korban
pembunuhan dengan berbagai cara dan sebab terus berjatuhan, penjualan manusia (Human Trafficking)
yang masuk tiga besar dunia (rata-rata 200.000 orang Indonesia dijual/tahun),
ragam penipuan secara luar biasa terjadi dimana-mana, dll! Ngeri Pret saya
merasakannya ! Dan saya lebih ngeri lagi, narkoba yang telah mambawa korban
demikian luar biasa; nyawa, harta dan masa depan bangsa, pengedar dan bandar
narkoba yang rata-rata tiap seorang dari mereka telah korbankan 18.000 generasi
muda dan terus akan berjatuhan lagi, êêê…,
sekarang pemerintah malah membebaskan sang “Ratu” narkobanya! Nah Pret, jika
presiden memberi grasi, Menkumham membebaskan bersyarat, maka ke bawah
sangat mungkin hukum jadi lebih lentur dan empuk... empuk… empuk!”
Kampret : “Ya, ibarat
pepatah Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, ya Maz?”
Maz Blangkon : “Betul Pret ! Nah, jika sudah demikian, maka
bagaimana nasib bangsa dan anak-anak bangsa ini ke depan? Bagaimana nasib anak
cucu kita? Termasuk anak-anak cucu dari mereka yang bermain-main dengan masalah
besar ini ! Siapa meniup angin, maka akan menuai badai ! Dan yang saya
khawatirkan pula Pret, banyak pejabat kita dalam mengambil keputusan penting
itu mereka saling tersandera oleh masalah. Lalu rakyat yang jadi korban !”
Kampret : “Lalu bagaimana maz, tindakan nyata
seharusnya?”
Maz Blangkon : “Bahaya besar ini tak bisa di jawab dengan retorika
saja, dengan kalimat-kalimat politik yang melelahkan
dan memuakkan! Rakyat sudah lelah!
Tapi hendaknya dengan tindakan nyata dan tegas untuk PENYELAMATAN BANGSA DAN
NEGARA ke depan! Sebetulnya sudah cukup banyak Pret, negara-negara yang telah
memberlakukan Hukum yang Kuat dan Tegas terkait narkotika, yang mana siapapun
terbukti secara meyakinkan telah memproduksi dan atau mengedarkan maksimal 10
gr saja, maka dipastikan dijatuhi hukuman
mati !
Kampret : “Berarti ini tanggung jawab utama ada
pada Pemerintah dan DPR ya maz?”
Maz Blangkon : “Betul Pret ! Ya, meskipun sebetulnya kita semua sebagai
elemen bangsa bertanggung jawab, tapi Pemerintah dan DPR penanggung jawab
utamanya. Untuk itulah Pret, kita sebagai warga negara NKRI tercinta ini, kita
patut bertanya pada siapapun yang akan memimpin negeri ini : MAU DIBAWA KEMANA
BANGSA DAN NEGERI INI?
Jika negeri ini nantinya hanya akan lebih banyak masalah dan
bencana, karena kurang adanya barokah,
maka mundur sajalah, demi kebaikan semuanya! dan harap jangan lagi jadikan
POLITIK SEBAGAI PANGLIMA, karena hanya akan memunculkan banyak sikap partisan dan
salah urus di negeri ini. Semoga hukum yang kuat dan
kenegarawananlah yang akan memimpin negeri ini, yang didasarkan atas ketaqwaan
yang baik kepada Tuhan Yang Maha Esa !
Kampret : “Amiiin…. Amin amin, maz Blangkon
! Semoga terwujud !”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar