Minggu, 16 Februari 2014

REHAT 0026 NARKOTIKA INDONESIA



Kampret diam-diam memperhatikan maz Blangkon yang seharian ini nampaknya relatif tanpa senyum. Kampret menduga-duga, dan mencoba mencocokkan dugaannya.
Kampret           : “Maaf maz, kalo boleh tahu, kenapa seharian ini kok nampaknya sedih bin prihatin?”
Maz Blangkon :  “Ya Pret, kamu betul. Saya lagi sedih. Sebagai anak bangsa yang mencintai negeri ini dan warganya, nurani saya merasa terganggu dengan pembebasan bersyarat si Ratu Mariyuana dari Australia Schapelle Corby oleh Menkumham Amir Syamsudin pada tanggal 7 Februari 2014 yang lalu.
Kampret          : “Ya maz, saya juga heran. Narkotika kan termasuk kejahatan luar biasa, tapi kok bisa-bisanya Corby ini dapat remisi 5x, dapat grasi dari Presiden SBY pada Agustus 2013, lalu kemudian dibebaskan bersyarat pada 7 Februari 2014. Terus menurut maz Blangkon, hal ini gejala atau pertanda apa maz?”
Maz Blangkon  : “Begini Pret, meskipun kita ini bukan orang hukum, tapi dengan akal sehat dan hati yang jernih, kita bisa melihat dan merasakan bagaimana kwalitas hukum kita. Dimana-mana penjara penuh sesak. Hukum yang baik dan efektif mestinya akan membuat isi penjara berkurang dan terus berkurang. Nah, penjara negeri kita sebaliknya ! Bahkan kemudian dibangun penjara-penjara baru, ya penuh lagi. Bangun lagi, penuh lagi ! Korupsi menggurita, miras dimana-mana, korban pembunuhan dengan berbagai cara dan sebab terus berjatuhan, penjualan manusia (Human Trafficking) yang masuk tiga besar dunia (rata-rata 200.000 orang Indonesia dijual/tahun), ragam penipuan secara luar biasa terjadi dimana-mana, dll! Ngeri Pret saya merasakannya ! Dan saya lebih ngeri lagi, narkoba yang telah mambawa korban demikian luar biasa; nyawa, harta dan masa depan bangsa, pengedar dan bandar narkoba yang rata-rata tiap seorang dari mereka telah korbankan 18.000 generasi muda dan terus akan berjatuhan lagi, êêê…, sekarang pemerintah malah membebaskan sang “Ratu” narkobanya! Nah Pret, jika presiden memberi grasi, Menkumham membebaskan bersyarat, maka ke bawah sangat mungkin hukum jadi lebih lentur dan empuk... empuk… empuk!”
Kampret        : “Ya, ibarat pepatah Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, ya Maz?”
Maz Blangkon  :  “Betul Pret ! Nah, jika sudah demikian, maka bagaimana nasib bangsa dan anak-anak bangsa ini ke depan? Bagaimana nasib anak cucu kita? Termasuk anak-anak cucu dari mereka yang bermain-main dengan masalah besar ini ! Siapa meniup angin, maka akan menuai badai ! Dan yang saya khawatirkan pula Pret, banyak pejabat kita dalam mengambil keputusan penting itu mereka saling tersandera oleh masalah. Lalu rakyat yang jadi korban !”
Kampret            : “Lalu bagaimana maz, tindakan nyata seharusnya?”
Maz Blangkon : “Bahaya besar ini tak bisa di jawab dengan retorika saja, dengan kalimat-kalimat politik yang melelahkan dan memuakkan! Rakyat sudah lelah! Tapi hendaknya dengan tindakan nyata dan tegas untuk PENYELAMATAN BANGSA DAN NEGARA ke depan! Sebetulnya sudah cukup banyak Pret, negara-negara yang telah memberlakukan Hukum yang Kuat dan Tegas terkait narkotika, yang mana siapapun terbukti secara meyakinkan telah memproduksi dan atau mengedarkan maksimal 10 gr saja, maka dipastikan dijatuhi hukuman mati !
Kampret         : “Berarti ini tanggung jawab utama ada pada Pemerintah dan DPR ya maz?”
Maz Blangkon : “Betul Pret ! Ya, meskipun sebetulnya kita semua sebagai elemen bangsa bertanggung jawab, tapi Pemerintah dan DPR penanggung jawab utamanya. Untuk itulah Pret, kita sebagai warga negara NKRI tercinta ini, kita patut bertanya pada siapapun yang akan memimpin negeri ini : MAU DIBAWA KEMANA BANGSA DAN NEGERI INI?
Jika negeri ini nantinya hanya akan lebih banyak masalah dan bencana, karena kurang adanya barokah, maka mundur sajalah, demi kebaikan semuanya! dan harap jangan lagi jadikan POLITIK SEBAGAI PANGLIMA, karena hanya akan memunculkan banyak sikap partisan dan salah urus di negeri ini. Semoga hukum yang kuat dan kenegarawananlah yang akan memimpin negeri ini, yang didasarkan atas ketaqwaan yang baik kepada Tuhan Yang Maha Esa !

Kampret : “Amiiin…. Amin amin, maz Blangkon ! Semoga terwujud !”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar