Maz Blangkon dan Kampret sedang mengunjungi seorang temannya di
Gunung Kidul, Supono namanya. Pono gembira sekali atas kedatangan dua teman
baiknya.
Setelah beristirahat cukup, Pono mengajak Maz Blangkon dan Kampret
keliling-keliling desa dengan motor tuanya. Keduanya menikmati betul indahnya pemandangan,
harmoni antara hijaunya pepohonan dan bukit-bukit cadas, seakan keduanya saling
berbagi bekerja sama dengan cinta, sehingga hadir keindahan, keteduhan dan
kenyamanan bagi siapapun yang melihatnya.
Sampai di sebuah pinggiran ladang yang cukup luas, disana ada
warung sederhana dan terbuka, dibawah pohon yang cukup rindang. Pono mengajak dua
temannya mampir di warung itu, yang kata Pono terkenal di desanya untuk masakan
sayur lodeh tempe semangitnya. Karena warung lumayan penuh, maka Pono
mengajak maz Blangkon dan Kampret menikmati kuliner desa dengan lesehan,
berjarak beberapa meter dari warung.
Setelah menikmati betul sayur lodeh tempe semangit, kembali
Maz Blangkon tersenyum-senyum memperhatikan sekitar.
Kampret : “Ada apa to maz, kok
senyum-senyum sendiri…, kuatir aku !”
Maz Blangkon : “Itu lho Pret, perhatikan tuh, ada
pemandangan INDAHNYA SALING BERBAGI ! Orang-orang yang makan di warung, sisakan
kepala ikan untuk kucing-kucing. Kucing-kucingnya nampak sehat, tenang, tidak nampak
minat curi ikan dari simbok warung. Itu juga lihat, simbok warung
kumpulkan kulit-kulit pisang, kemudian diberikan pada kambing-kambing yang
beberapa meter di belakang warung. Kambingnya sehat-sehat dan gemuk. Mestinya
harganya jadi mahal dan dagingnya enak empuk dinikmati…, lidahmu bisa berjoget
karenanya!”
Kampret : “lidah kok berjoget to
maz? Ada Dangdut lidah, po?
Maz Blangkon : “Ya sudah, kalo tak mau lidah berjoget, gimana kalo
dibilang lidah Kampret berguncang saja … GONCANG LIDAH ??”
Kampret : “Ya sudah, sakkarepmu
le ngomong, maz!!!”
Maz Blangkon : “He He He…! Nah itu juga lihat Pret, disana tuh…! Seekor
kerbau tenang merumput. Sedang di atas punggung kerbau 3 burung dengan tenang pula
menikmati kutu-kutu kerbau. Sang burung kenyang perutnya, sedang si kerbau
bersih badan dari kutu-kutu. Nah, Pret, semua mengajarkan pada kita, bahwa
dengan berbagi semua jadi nyaman, indah, dan dunia Nampak dalam harmoni keseimbangan
!”
Kampret : “Betul betul betul …!
Subhanallah !”
Ft :
|
Tempe semangit (jawa) = tempe
dibiarkan jadi agak tua, baru di masak
Lesehan (jawa) = duduk-duduk di
bawah dengan gelaran tikar.
Simbok warung (jawa) = Ibu penjual
di warung
Sakkarepmu le ngomong = silahkan
mau bicara apa saja.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar