Depan rumah maz
Blangkon agak ke kanan, adalah rumah spesial ! meskipun rumahnya sederhana,
tapi selalu bersih dan rapi. Halaman depan yang cukup luas, di sebelah kanan
ada pohon gori yang agak besar, teduh, buahnya tumbuh susul menyusul.
Sedang di sisi depan sebelah kiri ada pohon mangga madu dan belimbing
wuluh. Maz Blangkon dan Kampret selalu kebagian mangga madu nan nikmat,
jika pas musim mangga tiba.
Tapi sebetulnya
bagi maz Blangkon dan Kampret, yang paling menarik dari rumah itu adalah
penghuninya : mbah Kromo putri. Simbah Kromo Putri ini hidup sendiri, suaminya
telah lama meninggal dunia. Kebetulan juga tiga putranya dan semua cucunya jauh
semua di lain kota. Untuk itulah putra-putranya mencarikan teman untuk
ibundanya, itulah mak sih, janda dengan anak yang sudah besar-besar
tetangga sendiri, tak jauh dari rumah mbah Kromo putri.
Mbah Kromo putri
sudah menjelang 80 tahun, tapi jalannya masih bertenaga. Maghrib, Isya’ dan
shubuh selalu rajin ke Mushola. Tiap seminggu sekali dicucinya mukena. Meskipun
sudah sepuh, tapi semangat untuk guyonan juga belum luntur.
Kadang-kadang waktu tembangan “Kucingku Telu” di depan rumah sambil
duduk di apit beberapa ekor kucing, sempat pula menggoda Kampret :
Kucingku telu, kabeh lemu-lemu
Sing siji abang, sing loro klawu
Meong-meong, tak pakani lontong
Atiku seneng, mas Kampret ndomblong
(Kucingku tiga, semua gendut-gendut
Yang satu merah, yang dua kelabu
Meong-meong, saya beri makan lontong
Hatiku senang, sedang mas Kampret ndomblong)
Mbah Kromo
putri memang penyayang binatang. Jika ada sisa nasi, maka dicuci sisa nasi itu,
ditiriskan, agar besok pagi bisa diberikan pada ayam dalam kondisi masih baik,
meskipun itu ayam-ayam tetangga. Simbah menyediakan tempat khusus untuk tempat
makan ayam-ayam. Begitu juga kepada kucing-kucing sekitar, kepala-kepala ikan
selalu disisihkan dikumpulkan, lalu diberikannya pada kucing-kucing sekitar
rumah waktu mereka muncul. Jika ditanya perihal tersebut, maka jawab mbah Kromo
putri : “Untuk sedekah itu tidak sulit, lê ! Banyak hal bisa jadi jalan sedekah !”
Kampret : “Iya maz ya,
mbah Kromo putri tak pernah mau jual hasil buah gori ataupun mangga nya pas
waktu panen, meskipun hasil buahnya banyak sekali ! semuanya diniatkan untuk
sedekah. Kita selalu kebagian !”
Maz Blangkon : “Betul Pret,
semoga Allah mulyakan mbah Kromo putri dengan segala kebaikan dan keutamaannya,
dengan Rahmat-Nya. Amin. Lha kalau kamu sendiri bagaimana Pret, kalo makan ikan
?”
Kampret : “Ya untuk sementara ini,
ikan-ikan itu saya makan semua maz. Kepala ikannya saya kremus, setelah
lembut baru saya telan penuh !
Maz Blangkon : “Kalo begitu kamu kalah dengan mbah Kromo putri,
Pret. Nggak pernah mau eling sama kucing ! dan itu namanya nggragas,
Pret !”
Kampret : “Masih kurang, maz !”
Maz Blangkon : “Lha, yang
tepat bagaimana?”
Kampret : “Nggragas
bin cluthak !”
Maz Blangkon : “Huaa Ha Ha
Ha Ha…!”
Ft :
- Kucingku telu, kabeh lemu-lemu (jawa) = kucingku tiga, semua gendut-gendut.
- Pohon gori (jawa/jogja) = pohon nangka. Di Jogja, nangka muda (gori) dipakai sebagai bahan utama pembuatan gudêg.
- Blimbing wuluh (jawa) = blimbing untuk sayur.
- Sepuh (jawa) = tua.
- Guyonan (jawa) = bercanda.
- Tembangan (jawa) = bernyanyi.
- Ndomblong (jawa) = melihat tak berkedip, karena kecewa tidak kebagian.
- Kremus (jawa) = makan pelan-pelan dengan agak kuat, karena yang dimakan agak keras.
- Eling (jawa) = Ingat.
- Nggragas (jawa) = apa-apa di makan.
- Cluthak (jawa) = apa-apa di makan, termasuk yang bukan haknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar