Habis isya’ maz
Blangkon dan Kampret meluncur ke salah satu Angkringan langganannya di
sekitar halaman depan Puro Pakualaman. Sebetulnya ada banyak macam kuliner
Rakyat di sini, angkringan adalah salah satunya. Kursi panjang depan
angkringan sudah penuh orang, maka maz Blangkon dan Kampret segera bergabung
dengan yang duduk lesehan saja.
Mereka berdua
sudah kenal dengan sebagian yang duduk lesehan, karena sudah sering ketemu di
tempat yang sama, sebagiannya lagi belum kenal. Tapi toh sudah jadi kebiasaan
di angkringan, mereka pun langsung saling berkenalan. Ada yang mahasiswa, Pak
Polisi, Pegawai kecamatan, abang becak, guru, wirausahawan, dan tentu saja maz
Blangkon serta Kampret.
Maz Blangkon
|
:
|
“Libur tidak piket, Pak ?”
|
Pak Polisi
|
:
|
“Ya maz, Alhamdulillah. Ketemu njenengan lagi, nih !”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Ya pak. sudah 2 mingguan tidak ke sini. Ini sudah kangen dengan kopi
malam di sini. Oh ya, bagaimana pak persiapan POLRI untuk PilPres
yang akan datang ?”
|
Pak Polisi
|
:
|
“Semua latihan dan langkah standar, jajaran POLRI, dan semua fasilitas
pendukung Insya Allah sudah siap, maz !”
|
Mahasiswa
|
:
|
“Maaf maz Blangkon, kalo menurut maz, siapa yang paling layak
mimpin negeri ini ?”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Lha, kalau menurut rata-rata mahasiswa, bagaimana ?”
|
Mahasiswa
|
:
|
“Secara umum terarah pada 2 sosok maz, yakni Prabowo dan Jokowi.
Hanya saja keduanya ada plus minusnya, maz. Yang keberatan pada Prabowo,
karena masih mengingat kasus Tim Mawar waktu beliau sebagai
Danjen Kopassus. Sedang keberatan pada Jokowi lebih karena dia dianggap telah
meninggalkan tanggung jawab dan sumpah jabatan selaku Gubernur DKI. Secara
aturan main memang boleh nyapres, tapi dari sisi moralitas tanggung jawab,
cukup banyak teman-teman Jakarta kurang bisa menerima. Oleh mereka, Jokowi
dianggap lebih taat pada mbak Mega yang memintanya jadi Capres, daripada
memenuhi sumpah jabatannya”.
|
Abang Becak
|
:
|
“Wah, kalo saya akan pilih Jokowi 100 %. Dia orangnya merakyat,
suka blusukan !”
|
Pak Guru
|
:
|
“Kalo saya sebetulnya lebih berharap agar Pemilu legislatif
menyatu sekalian dengan PilPres, sehingga bisa menghemat dana pemilu, waktu,
fikiran dan energi rakyat serta Pemerintah. Dan andai masih bisa muncul, saya
berharap pak YK atau Dahlan Iskan bisa jadi Capres. Langkahnya Riil,
prestasinya riil, dan pengalamannya mengatasi banyak masalah juga riil !”.
|
Pegawai Kecamatan
|
:
|
“Kalo saya entah bagaimana, tetap merasa dekat dengan Jokowi”.
|
Mahasiswa
|
:
|
“Kalo kami dari Mahasiswa, masih terus berusaha memetakan, siapa
kira-kira yang terbaik untuk negeri ini. Pak Jokowi masih tetap kami petakan,
termasuk perihal pencitraan begitu banyak orang dibelakangnya. Siapa saja
mereka. Sejak Jokowi masih sebagai walikota Solo dan mau Pilkada DKI Jakarta,
cukup banyak orang-orang Amerika yang memujinya sebagai walikota terbaik
dunia. Padahal kita tahu, tak ada sarapan pagi yang gratis bagi orang
Amerika. Tak ada pujian yang gratis bagi orang Amerika ! Nah, terhadap ini
semua kami akan tetap memetakan, termasuk kepada sosok capres-capres lain
yang akan muncul”.
|
Kampret
|
:
|
“Maaf semuanya, kalo saya nanti mau tak coblos kabeh !
Silahkan, itu disebut GOLPUT atau apa. Lha wong yang paling penting bagi saya
sekarang adalah kapan saya bisa kawin, punya istri, tidak kedinginan terus
tiap malam !”
|
Semuanya
|
:
|
“Wuaa…ha ha ha ha !”
|
Maz Blangkon
|
:
|
“Nah, temen-temen …, barangkali inilah ‘demokrasi angkringan’!
Semua bisa berbicara. Angkringan, memang sederhana, murah dan meriah;
tapi di dalamnya kita bisa akrab berbicara dari hal yang ringan sampai dengan
hal yang berat sekalipun”.
|
Pak Polisi
|
:
|
“Betul maz, betul ! Oh ya, sekalian saya mohon diri ya. Monggo
sedoyo !”
|
Semuanya
|
:
|
“Monggo… monggo !”
|
Semua yang duduk lesehan bangkit,
bersiap pulang juga. Tapi pengunjung kloter berikutnya juga mulai masuk.
Ft :
-
Njenengan
(jawa halus) = anda.
-
Tak
coblos kabeh (jawa) = mau saya coblos semua.
- Monggo sedoyo (jawa) = mari semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar