Seharian Kampret Nampak lebih banyak diam tak bersemangat. Awalnya
maz Blangkon sengaja bersikap biasa saja, tidak bertanya tentang kondisi
Kampret, dengan maksud agar Kampret terbiasa mengatasi masalah dan perasaannya
sendiri. Tapi akhirnya maz Blangkon merasa tidak tega juga, apalagi kemudian
Kampret berusaha mengajak ‘sharing’ dengannya.
Kampret : “Maaf maz, rasanya saya harus sharing
dengan maz Blangkon”.
Maz Blangkon : “Silahkan Pret, ada apa ?”
Kampret : “Begini
maz, sesuai saran maz Blangkon, bahwa sesuai sifat dan minat saya, agar saya
beralih ke bisnis Konter Pulsa, Hp & Assesorisnya, semuanya berjalan
baik-baik saja, sampai kemudian datang teman baru yang bernama Dodo. Dia datang
dengan penampilan baik dan menarik, sehingga kami jadi cepat akrab. Bahkan saya
juga pernah diajak ke tempat kostnya. Dia kemudian sering datang ke konter
saya. Nah, di sini saya melaksanakan satu pesan maz Blangkon, tapi melupakan
yang lain”.
Maz Blangkon : “Pesan yang
mana, ya ?”
Kampret : “Itu, pesan
maz, bahwa dalam pergaulan, apalagi pergaulan bisnis, hendaklah selalu berfikir
positif dan berprasangka baik, tapi jangan lalai kewaspadaan.
Nah, di sini saya lalai kewaspadaan itu, maz !”
Maz Blangkon : “Terus bagaimana,
Pret ?”
Kampret : “Ya, begini maz, bahwa satu saat Dodo
menawarkan agar saya kulakan Hp dan Assesoris langsung ke Jakarta saja, ada
selisih harga yang sangat bagus katanya. Dodo siap sepenuhnya membantu kulakan
ke Jakarta. Akhirnya dengan baik sangka, saya serahkan uang Rp 20 juta pada
Dodo, maka berangkatlah dia. Dia berjanji, bahwa 3 hari setelah
keberangkatannya, dia sudah sampai Jogja. Tapi ternyata dia tidak muncul pada
hari yang ditentukan. Kontak-kontak, sms dan telepon gagal semua. Hp nya pasif.
Kemudian saya tunggu lagi sampai seminggu, belum datang juga. Maka saya segera
bergegas ke tempat kosnya. Masya Allah… ternyata dia sudah pindah, katanya ke
Jakarta. Nampaknya semua sudah direncanakan Dodo, maz ! Saya telah berprasangka
baik, tapi lalai untuk waspada !”
Maz Blangkon : “Hemhh
ya, saya ikut prihatin Pret, atas apa yang kau alami. Itulah yang namanya MM –
UM, Muka Manis – Untuk Menipu. Biasanya jika objek tidak ditipu, maka
akan dijadikan kambing hitam. Orang seperti itu adalah syetan dalam wujud
manusia, Pret. Sudah berapa lama kamu kenal dan bergaul dengan Dodo ?”
Kampret : “Sekitar 5 sampai dengan 6 bulan, maz”.
Maz Blangkon : “Itu
waktu yang sebetulnya memang belum cukup untuk mengenal secara lebih dalam
seseorang. Tapi ya sudah Pret, apa yang sudah terjadi janganlah jadi beban
langkahmu ke depan. Jadikan itu sebagai pembelajaran hidup untuk menuju
sukses ke depan. Sekarang dengan apa yang ada, bangkitlah ! Aku menemanimu
selalu. Insya Allah”.
Kampret : “Terima
kasih maz, sekarang saya mulai lega !”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar