Maz Blangkon dan
Kampret duduk santai lesehan di beranda rumah. Mereka baru datang dari
acara syukuran jamuan Aqiqah di rumah teman maz Blangkon. Sesekali
mereka berdua masih berlomba glegêkkên dengan aroma wedang
serai jahe!
Kampret :
“Wah, tadi mantap dan maknyus hidangan dan minum wedang serai
jahenya, ya maz !”
Maz
Blangkon : “Betul, Pret. Alhamdulillah.
Semoga keberkahan selalu untuk teman kita yang telah menjamu kita dengan jamuan
aqiqah putranya”.
Kampret : “Oh ya maz, ini saya dapat berita
dari buuanyak teman, bahwa Pemilu 2014 kemarin di daerah mereka
masing-masing, rata-rata pada jor-joran nyebar amplop, maz. Lha, kalo
terus begini, nanti bagaimana ini, maz ?”
Maz
Blangkon : “Kamu betul, Pret.
Rata-rata teman saya dari mana-mana juga bercerita demikian, meskipun ya tidak
semua caleg berbuat demikian. Dan inilah yang namanya POLITIK UANG, Pret. Nah,
jika caleg sudah banyak iming-iming beli suara, dan masyarakat kebanyakan kita
juga sudah pada merasa senang menjual suaranya, lha ini artinya Bahaya Masa
Depan, Pret !”
Kampret : “Bahaya
masa depan bagaimana, maz ?”
Maz Blangkon :
“Perhatikan dan camkan, Pret :
Mereka caleg yang pada membeli suara
Jika jadi punya kursi
Hampir pasti mereka akan cari ganti
Cari ganti uang yang telah keluar
Cari-cari juga untukpundi-pundi pemilu yang akan datang
Hatipun tumpul atas kebutuhan rakyat
Banyak macam anggaran dibuat
Banyak perjalanan direncanakan
Banyak acara, banyak duitmasuk dompet
Atau jadi makelar proyek-proyek pemerintah
……………………………………………………..……
Dan yang paling bahaya adalah menjual pasal
Pada pemegang kapital
Pada pemegang kapital
Tak peduli orang dalam
atau luar
……………………………………………………..……
Sudah lama minyak tambang tak berpihak rakyat
Begitu pula gas, hutan dan aturan perdagangan
Amat lambat kita beranjak
Sedang Negara dekat saja telah melompat-lompat
Padahal pasar bebas di depan mata
…………………………………………………………….
Bahaya betul jika pasal-pasal mulai terjual
Sehingga sampai air tanahpun
Tanah tumpah sumur tanah sendiri
Bisa jadi rakyat nanti dipaksa harus membeli
…………………………………………………………….
Bahaya jika kursi telah dibeli
Hanya terus dan terus lahirkan politisi
Mustahil lahirkan negarawan negeri
Kecuali ada yang kaya materi kaya hati
Kursi diniatkan ‘tuk perbaiki negeri
Itu susah, tapi harus dicari !”
Kampret :
“Waduh, begitu dalam potensi bahayanya ya maz ?”
Maz
Blangkon : “Begitulah, Pret. Dan
repotnya kehormatan rakyat untuk meluruskan wakil rakyat akan terkendala mental
pasrah, karena toh dulu banyak orang juga menerima “uang kursi”
wakil rakyatnya !”
Kampret : “Waduh, waduh…, lha terus
kepiye, maz ?”
Maz
Blangkon : “Yah, kita lihat saja dulu
Pret. Semoga kerusakan yang terjadi tidak parah. Dan yang penting lagi Pret,
bahwa segala sesuatu itu pasti ada jalan keluarnya. Insya Allah !”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar