Senin, 28 April 2014

REHAT 0052 PEMILU ... OH ... PEMILU (Bagian 2)

            Maz Blangkon dan Kampret duduk santai lesehan di beranda rumah. Mereka baru datang dari acara syukuran jamuan Aqiqah di rumah teman maz Blangkon. Sesekali mereka berdua masih berlomba glegêkkên dengan aroma wedang serai jahe!
Kampret            :  “Wah, tadi mantap dan maknyus hidangan dan minum wedang serai jahenya, ya maz !”
Maz Blangkon   : “Betul, Pret. Alhamdulillah. Semoga keberkahan selalu untuk teman kita yang telah menjamu kita dengan jamuan aqiqah putranya”.
Kampret            : “Oh ya maz, ini saya dapat berita dari buuanyak teman, bahwa Pemilu 2014 kemarin di daerah mereka masing-masing, rata-rata pada jor-joran nyebar amplop, maz. Lha, kalo terus begini, nanti bagaimana ini, maz ?”
Maz Blangkon    : “Kamu betul, Pret. Rata-rata teman saya dari mana-mana juga bercerita demikian, meskipun ya tidak semua caleg berbuat demikian. Dan inilah yang namanya POLITIK UANG, Pret. Nah, jika caleg sudah banyak iming-iming beli suara, dan masyarakat kebanyakan kita juga sudah pada merasa senang menjual suaranya, lha ini artinya Bahaya Masa Depan, Pret !”
Kampret                 : “Bahaya masa depan bagaimana, maz ?”
Maz Blangkon       : “Perhatikan dan camkan, Pret :
  Mereka caleg yang pada membeli suara
  Jika jadi punya kursi
  Hampir pasti mereka akan cari ganti
  Cari ganti uang yang telah keluar
  Cari-cari juga untukpundi-pundi pemilu yang akan datang
  Hatipun tumpul atas kebutuhan rakyat
  Banyak macam anggaran dibuat
  Banyak perjalanan direncanakan
  Banyak acara, banyak duitmasuk dompet
  Atau jadi makelar proyek-proyek pemerintah
  ……………………………………………………..……
  Dan yang paling bahaya adalah menjual pasal
  Pada pemegang kapital
  Tak peduli orang dalam atau luar
  ……………………………………………………..……
Sudah lama minyak tambang tak berpihak rakyat
Begitu pula gas, hutan dan aturan perdagangan
Amat lambat kita beranjak
Sedang Negara dekat saja telah melompat-lompat
Padahal pasar bebas di depan mata
…………………………………………………………….
Bahaya betul jika pasal-pasal mulai terjual
Sehingga sampai air tanahpun
Tanah tumpah sumur tanah sendiri
Bisa jadi rakyat nanti dipaksa harus membeli
…………………………………………………………….
Bahaya jika kursi telah dibeli
Hanya terus dan terus lahirkan politisi
Mustahil lahirkan negarawan negeri
Kecuali ada yang kaya materi kaya hati
Kursi diniatkan ‘tuk perbaiki negeri
Itu susah, tapi harus dicari !”
Kampret                 : “Waduh, begitu dalam potensi bahayanya ya maz ?”
Maz Blangkon       : “Begitulah, Pret. Dan repotnya kehormatan rakyat untuk meluruskan wakil rakyat akan terkendala mental pasrah, karena toh dulu banyak orang juga menerima “uang kursi” wakil rakyatnya !”
Kampret                 : “Waduh, waduh…, lha terus kepiye, maz ?”
Maz Blangkon      : “Yah, kita lihat saja dulu Pret. Semoga kerusakan yang terjadi tidak parah. Dan yang penting lagi Pret, bahwa segala sesuatu itu pasti ada jalan keluarnya. Insya Allah !”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar