Kamis, 23 Januari 2014

REHAT 0007 BAGAIMANA MUDANYA, BAGAIMANA TUANYA



Maz Blangkon & Kampret Nampak menikmati betul singkong goreng hangat & teh nasgitelnya. Keduanya yang berasal dari daerah sama, sedang bincang-bincang tentang orang tua-orang tua yang dikenal di daerahnya. Pak Prapto yang sekarang jadi juragan becak. Bu Ratmi yang dulu jualan kaki lima, tapi sekarang sudah punya mini restoran. Pak Jamingan yang satpam pasar. Pak Ghofar yang bersahaja, tapi sangat dihormati sebagai ustadz. Kang Gemblek yang sekarang sakit-sakitan di tengah keluarganya yang tidak mampu. Pak Asmungin, seorang petani 5 anaknya sarjana semua. Bu Atun yang sekarang menderita HIV/AIDS, yang mana dulu termasuk penghuni favorit lokalisasi Dolly Surabaya. Bu Atikah, janda yang sukses mengawal 3 putranya yang yatim sejak masih kecil-kecil, dst.
Kampret manggut-manggut, dan sambil memandangi maz Blangkon yang lagi nyruput teh nasgitelnya,
Kampret bertanya  : “Heh maz, menurutmu piye gambaran fenomena dari orang tua-orang tua di kota kita itu?”.
Maz Blangkon        : “Ya itu Pret, kalo coba kita simpulkan, jika mudanya sabar dan rajin kerja, tuanya jadi makmur kaya.
                                 Jika mudanya shalih & rajin ngaji, tuanya makin shalih, jadi tempat orang banyak bertanya.
                                 Jika mudanya sabar mendidik meskipun pas-pasan, tuanya dijunjung duwur putra-putranya.
                                 Jika mudanya terus bekerja & berdo’a, tuanya hidup jadi mulia.
Jika mudanya hidup sembrono, tuanya jadi hidup sulit & sia-sia.
Jika mudanya hidup berburu kenikmatan, tuanya dapatkan kesulitan & terhina.

Ft : Teh Nasgitel = Teh dengan cita rasa panas, legi (manis) & kenthel (kental mantap).
       Nyruput (jawa) = minum secara pelan-pelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar