Pagi cerah di hari libur, maz Blangkon & Kampret jogging memutari
alun-alun. Seperti biasa, jika sudah lelah keduanya mampir di warung pagi Yu
Nah cari teh Nasgitel. Beberapa puluh meter, keduanya melihat keluarga
Pak Narto lagi kuliner juga di warung lesehan yang lain. Pak Narto agak
sedikit menjauh dari anak istrinya, dengan asap rokok yang terus mengepul.
Sedang Bu Azizi (istri Pak Narto), Nampak lagi menyuapi si kecil yang mau usia
TK. Dua anak lainnya yang usia SD & SMP makan sendiri dengan lahapnya.
Kampret :
“Kadang dunia itu Nampak kontras juga ya, maz?
Maz Blangkon : “Ya
Pret, Tapi maksudmu itu tentang apa?
Kampret :
“Lihat tuh maz, keluarga Pak Narto, tetangga kita. Betapa beruntung ya Pak
Narto punya istri bu Azizi.
Maz Blangkon : “Jangan
sembrono, Pret ! jangan ghibah lho !”
Kampret :
“Tidak maz, ini hanya berusaha ambil pelajaran saja, kok. Kita semua tahu to
maz, kalo Pak Narto orangnya agak temperamental. Kalo bicara juga sering tlonyar-tlonyor.
Lha kok dapat istri bu Azizi, yang orangnya tenang, murah senyum, ibadahnya
bagus, penyayang anak, hormati suami, bagus bergaul dengan semua tetangga.
Anak-anak pun semua dekat dengan ibunya, ikut sifat ibunya. Jadi Pak Narto
& Bu Azizi itu tampak kontras gitu lho maz, seperti Bumi dan lagit
!”.
Maz Blangkon : “Makanya
Pret, berjuanglah lahir batin kamu nanti punya istri kayak bu Azizi. Bu Azizi
itu menggambarkan, bahwa Dunia itu indah, tapi seindah-indah dunia, adalah
wanita sholihah !.
Kampret :
“Amin maz Blangkon, Amiiin !.
Ft :
-
Bejo
tenan (jawa) = beruntung benar
-
Ghibah
= membicarakan orang lain
-
Tlonyar-tlonyor
(jawa) = bicara sesukanya, dengan nada agak keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar