Minggu, 26 Januari 2014

REHAT 0016 PIRING TERBANG



Kampret diajak maz Blangkon ke Semarang mengunjungi teman lamanya (Prasetio, namanya), yang sejak kepindahannya ke Semarang belum pernah tilik. Prasetio dan istrinya (mbak Cicik) sudah sangat akrab dengan maz Blangkon. Keluarga Prasetio tinggal agak masuk ke desa di wilayah kabupaten semarang ; jarak rumah dan tetangga-tetangganya agak berjauhan.
Sampai depan rumah Prasetio, maz Blangkon dan Kampret segera berhenti. Nampaknya dalam rumah ada suasana “perang”. Ada suara mbak Cicik yang lagi marah, ditingkahi dengan barang-barang dapur yang melayang dari Cicik ke arah Prasetio. Sendok, garpu, saringan teh, enthong,… melayang ! Disusul panci air, baskom, bermacam-macam barang dapur plastic berhamburan, dan tiba-tiba … PIRING TERBANG … duarr … pyarrr!!! Sontak dari dalam rumah semua terdiam. Tanpa suara! Hanya nafas dan dada Prasetio dan Cicik yang naik turun !
Segera maz Blangkon manfaatkan kondisi “Genjatan Senjata” itu untuk ketuk pintu.
Maz Blangkon       : “Assalamu’alaikum. Saya maz Blangkon. Apa boleh masuk ?”
Prasetio dan Cicik kaget, dan sambil menahan malu keduanya keluar mempersilahkan tamunya masuk. “Ha ha ha, anak-anak pada sekolah, bapak ibunya lagi “main bersama” ya? Boleh saya duduk? Perkenalkan ini teman karib saya, maz Kampret, pemuda paling tampan se-RT saya di Jogja!” maz Blangkon berusaha cairkan suasana.
Cicik             : “Iya maz Blangkon, maaf ya. Silahkan-silahkan !” sambil Cicik  memunguti barang dapur yang tersebar kemana-mana.
Setelah semua teratur kembali, Prasetio sebagai tuan rumah berusaha ambil inisiatif.
Prasetio               : “Maz Blangkon, engkau adalah salah satu teman terbaikku. Maz sudah lihat sendiri kami tadi lagi apa. Semoga Maz Blangkon bisa jadi penengah antara kami”.
Maz Blangkon   : “Baiklah kalo begitu. Semoga apa yang kita ikhtiarkan jadi kebaikan kita bersama ya. Silahkan mbak Cicik dan kamu Pras sampaikan secara singkat semua isi hati. Boleh teman saya ini (Kampret) bersama disini, atau keluar dulu?”
Prasetio dan Cicik saling berpandangan dan persilahkan Kampret bersama saja, agar jadi pembelajaran baginya.
Cicik                        : “Begini maz Blangkon, sejak pindah dari Solo setahun lalu, kami berusaha bangun kembali usaha. Tapi perkembangan relatif belum ada. Tapi justru dalam kondisi begini mas Pras ini malah banter merokoknya. Akibatnya kemudian dia turun staminanya, mudah batuk dan mudah sakit, kerja kurang, juga mulai lemah syahwatnya. Sudah 3 bulan saya tidak dapat nafkah batin. Saya ingin mas Pras berhenti merokok dan membangun sesuatu yang baru, yang cocok dengan kondisi wilayah ini.
Maz Blangkon     : “Benar demikian Pras? Tolong jawab dengan jujur dan ikhlas saja, agar Insya Allah semuanya ketemu”.
Prasetio           : “Betul maz. Tapi sebetulnya saya merokok itu untuk mengurangi stressing saya”.
Maz Blangkon     : “Kamu dulu itu saya kenal sebagai teman baik yang baik pula dalam mengelola stress lho ; ya dengan ngajak jalan-jalan, cangkriman di angkringan, baca buku, tingkatkan ibadah, dll. Nah, sekarang begini saja, kita akan buat kesepakatan-kesepakatan yang disetujui bersama oleh mbak Cicik dan kamu, Pras. Saya sebagai saksi. Siapa yang melanggar, berarti masuk sebagai TEMAN YANG TIDAK DAPAT dipercaya. Setuju ?”
Prasetio / cicik       : “Setuju, maz !”
Maz Blangkon       : “Ok. Inilah kesepakatan-kesepakatannya : Sejak detik ini tak ada lagi “perang atau piring terbang”. Berdua saling memaafkan dan saling mengerti dengan ikhlas dan rasa cinta. Prasetio berhenti merokok, tapi boleh merokok maksimal 2 batang sehari. Lepas total, lebih baik! Bersama mencari trobosan baru yang menguntungkan. Masalah penguatan dana, Insya Allah saya akan bantu carikan. Lemah syahwat Prasetio harus segera dicarikan jalan keluarnya, agar harmoni dan sakinah keluarga terjaga. Dalam masa pengobatan lemah syahwat, mbak Cicik hendaknya ikhlas, sabar dan membantu penyelesaiannya”. Semua setuju ?
Prasetio/Cicik    : “Baik maz, setuju !” Tapi maaf maz, jika ada info atau masukan, tentang usaha baru dan pengobatan lemah syahwat !”
Maz Blangkon    : “ OK, saya ad ide. Mbak Cicik pandai masak. Kamu Pras, pandai marketing. Wilayah ini terkenal dengan TAHU BAKSO. Silahkan rintis itu. Mbak Cicik produksinya, kamu Pras, pemasarannya !
Prasetio / Cicik  : “Sip, sip, … Alhamdulillah. Ok, maz !! Tentang masalah lemah syahwat ?
Maz Blangkon       : “untuk lemah syahwat laki-laki, juga frigid (dingin) pada perempuan, serta tidak subur, maka pake MABIKAH (Madu, Probiotik (Biosyafa) dan kecambah). Ini larutan godokan kecambah dari kedelai lokal, tambah madu, tambah probiotik Biosyafa. Untuk wilayah semarang, guna keperluan MABIKAH, hubungi agennya, Ibu Murni, di komplek Saptamarga (Semarang Barat) > hubungi 0857 2793 9250. Untuk wilayah lain, agennya lain lagi”.
Prasetio                   : “Terima kasih maz, Terima kasih maz. Semoga semuanya jadi jalan keluar, ya!” Amin.
Maz Blangkon   : “Nah, sebagai tanda persetujuan kesepakatan dan tetap saling mencintai, kalian berdua berdiri dan bersalaman!”.
Tiba-tiba Prasetio dan Cicik segera bangkit berdiri, bersalaman erat, berpelukan …, dan cipika-cipiki!           
Kampret               : Wahh, kok tambah BONUS peluk dan cipika-cipiki?”
Maz Blangkon     : “Yo, ben to Pret ! mereka suami-istri,kok! Makanya kamu cepet mbojo saja to, Pret!”.

Ft :
·        Tilik (jawa) = mengunjungi
·        Banter (jawa) = cepat atau banyak (Banter merokoknya = banyak merokoknya)
·        Yo ben (jawa) = biarlah
·        Cepet mbojo (jawa) = cepatlah menikah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar