Sambil makan singkong goreng, Maz Blangkon dan Kampret lagi sedang menikmati film striping sejarah tokoh kerajaan masa lalu. Tapi nampaknya makin lama menikmati, Kampret makin bingung, sejarah sang tokoh jadi tak karu-karuan. Kampret garuk-garuk kepala, sedang maz Blangkon manggut-manggut saja sambil terus mengunyah singkong gorengnya.
Maz Blangkon : “Jengkel
ya, sejarah tokohmu di putar kesana kemari nggak karuan?”
Kampret :
“Iya je maz ! Kok bisa-bisanya lho, sejarah tokoh dibuat begitu?!” sebagian sejarah
jadi fiksi !
Maz Blangkon :”Inilah
Pret, yang namanya Kapitalisasi Sejarah!”
Kampret :
“Wah, itu maksudnya apa maz?”
Maz Blangkon :
“Industri siaran TV adalah industri kapitalis. Hidup tidaknya siaran TV sangat
bergantung pada rating. Nah, maka demi rating, segala sesuatu
akan dilakukan, termasuk mengubah alur cerita, mengubah kisah sejarah seorang
tokoh dibuat warna-warni, agar lebih menarik, agar rating tetap tinggi”.
Kampret :
“Begitu ya maz? Payah tenan ! semua jadi malah kalah dengan uang!”
Maz Blangkon : “Ada
satu lagi yang payah, Pret!”
Kampret :
“Apa maz?”
Maz Blangkon : “Tuh
perhatikan, Pret! Karena rating tinggi, iklan jadi banyak. Nah, jadi tak jelas,
sebetulnya kita lihat film dengan selingan iklan, atau lihat iklan dengan
selingan film?”
Kampret : ? ?
? ? ?
Ft : sakpenakke dhewe (jawa) = sesuka hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar